Haflah.

33 6 1
                                    

Kini sudah hampir satu tahun aku di Nurul Qodim, banyak perubahan dari ku, mau itu dari bahasa atau penampilan.

Yaa saat ini aku sudah bisa bahasa jawa walaupun belum lancar, dan belum tahu banyak.

Saat ini aku sedang sibuk untuk acara haflah kelas 3. Aku di pilih abuya untuk jadi panita.

Usai kelas malam aku, dan Dini kumpulan panitia di aula, tapi tidak dengan Sindi, ia terpilih untuk manggung.

"Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh" ucap abuya.

"Waalaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh" jawab kita semua.

"Di karnakan acara haflah kelas tiga akan segera tiba jadi sekarang buya akan membagi-bagikan kelompok" ujar abuya.

Setelah selesai kumpulan aku dan Dini kembali ke kamar, tapi sebelum ke kamar aku dan Dini pergi ke koprasi karena ada yang ingin di beli oleh Dini.

Tiba-tiba aku bertemu Arin dan Anhar di koprasi, yaaa seperti biasa mereka sedang mengobrol.

"Din..." panggil Anhar.

Aku hanya menengok nya.

"Kata mimi maaf nanti mimi ngga akan datang" ujar Anhar.

"Kenapa?" tanya ku.

Anhar hanya mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tahu.

"Eumm ya udah ngga papa" jawab ku sedikit kecewa.

"Ya udah mba Arin Dinda sama Dini duluan yaa, assalamu'alaikum" ucap ku.

"Iyah, waalaikumsalam" jawab Arin dan Anhar.

Lalu aku dan Dini pun pergi dari koprasi dan menuju ke kamar.

Sesampainya di kamar aku melihat Sindi yang ketiduran di lantai.

Aku menyimpan buku ku di atas nakas.

"Din..." panggil Dini.

"Kenapa?" tanya ku.

"Sini" ucap Dini.

Lalu aku menghampiri Dini.

"Liat" ucap Dini.

Aku melihat grafiti di kertas HVS dengan nama Khairul Anhar Askandar sepertinya itu milik Sindi.

"Khairul Anhar Askandar" Dini menyebutnya.

Aku langsung pergi ke kasur ku.

"Emang dari dulu Sindi suka sama mas Anhar" ujar ku.

"Hah? Yang bener kamu Din?" tanya Dini memastikan.

"Iyah... Aku udah tau ko dari semester satu kalo Sindi suka sama mas Anhar" jawab ku.

Dini pun menghampiri ku, lalu ia duduk di kasur ku.

"Cerita dong" ucap Dini.

"Tapi kamu janji yaa jangan kasih tau orang, aku baru pertama cerita sama kamu" ucap ku.

"Iyahh" jawab Dini.

"Awal aku sama Sindi perfom hadroh di Bandung, di sana aku ngga sengaja liat HP Sindi, dia nulis di note...." Panjang lebar aku menceritakannya pada Dini.

"Tapi setau aku Sindi suka di jadiin bahan curhatan mba Arin tentang gus Anhar" ujar Dini.

"Hah? Maksud kamu mba Arin suka cerita sama Sindi tentang mas Anhar gitu?" tanya ku.

Dini hanya mengangguk.

"Hufttt udah lah ngga usah di bahas biar itu jadi urusan mereka" ucap ku.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang