Kini tinggal menghadiri acara terakhir ya itu di Bandung, memakan waktu 2 jam untuk sampai di Bandung.
Tepat pukul 12.22 kita sampai di Bandung tepatnya di mesjid raya Bandung.
Usai sholat aku pun melipat mukena nya dan tiba-tiba ada dua orang yang menyapa ku.
"Mba Dinda ratu ya?" tanya salh satu dari mereka.
"Iyah..." jawab ku.
"Masya Allah... Salam kenal ya mba, saya yolanda dan ini teman saya putri" ucap yolanda.
"Iyah salam kenal juga" jawab ku sedikit tersenyum.
Tiba-tiba aku melihat di luar mesjid, sepertinya personil lainnya sudah kumpul.
"Maaf saya permisi" ucap ku.
"Mari mba" jawabanya.
Lalu aku pun keluar dari mesjid dan di ikuti Yolanda dan Putri.
"Din... Itu siapa?" tanya Sindi.
"Ngga tau, tapi katanya namanya Yolanda sama Putri" jawab ku.
"Mereka Syuloban" jawab Anhar.
"Hah? Syuloban?" tanya ku tak paham.
"Iyah syubban lovers Bandung" jawab Anhar.
"Owlahh" jawab ku.
Tak terasa malam pun tiba kini personil sudah naik panggung begitu juga abuya.
Ternyata hujan rintik-rintik pun turun.
Para jama'ah tetap bertahan di sana dan menjadikan plastik dan sebagainya untuk berteduh.
"Ya habibi... Ya Muhammad...
Ya arusya khofiikhoyni..." Anhar dengan nada tingginya.Ilham pun menunjuk ku pertanda aku melanjutkan sholawat nya.
"Ya habibi... Ya Muhammad...
Ya arusya khofiikhoyni..." lanjut ku dengan nada tinggi juga."Ya mua'ayad... Ya mumajad....
Ya immama Qiblataini...." kita berdua.Sekilas aku melirik ke arah Sindi yang memasang wajah tak enak, ntah ia cemburu atau bagaimana.
Acara demi acara telah selesai dan saat mahalul qiyam aku merasakan hal yang tidak biasa, ya aku rasakan saat itu luar biasa, dan rasanya sangat tersentuh dan benar-benar merindukan sang baginda nabi Muhammad SAW.
Air mata ku pun berjatuhan, aku pun memejamkan mataku dan merasakan kehadiran sang baginda.
Usai mahalul qiyam dan do'a kita pun bersiap untuk turun, dan bodyguard pun sudah siap di bawah.
Ketika kita kumpul tiba-tiba ada beberapa orang yang datang dan minta foto padaku dan Anhar.
"Maaf mba... gus... Kita mau minta foto" ucap salah satu dari mereka.
"Hah? minta foto sama Dinda?" kaget ku melirik ke arah Anhar.
"Dinda" tegur Anhar.
Aku menutup mulut ku, lalu aku sedikit mendekat ke arah Anhar.
"Tapi ko sama Dinda? Emang Dinda artis?" ucap ku.
"Udah turutin aja" suruh Anhar.
Tanpa menjawab apapun lagi aku hanya bisa mengiyah kan nya.
Aku dan Anhar pisah dengan para personil dan saat kita kembali lagi ke tempat tadi ternyata personil lainnya tidak ada di sana.
Anhar pun mencoba menelfon Ilham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...