Di pagi ini seperti biasa aku pergi sekolah, dan saat ini pastinya aku sedang menunggu jemputan dari sahabat ku.
"Ris... Seperti biasa yaa jemput gw di rumah" ucap ku pada seseorang yang ada di telfon.
Lalu aku pun memasukan ponselku ke dalam saku.
Tak lama kemudian Faris pun datang ke rumah ku, dan kita pun langsung berangkat menuju sekolah.
Yaa... Di karna kan aku dan Faris sudah dekat sedari dulu jadi aku tidak segan untuk menjadikan Faris sebagai tumpangan ku ke sekolah dan Faris pun dengan senang hati membolehkannya tanpa meminta uang untuk bensin.
Sesampainya di sekolah aku dan Faris sudah di sambut oleh dua sahabat ku.
"Kali-kali kalo nyambut kita tuh pake karpet merah napa" ucap ku.
"Lah... Ngelunjak nih anak, tar aku gelar karpet gold dah" celetuk Ara.
"Udah... udah... mending sekarang ke kelas bentar lagi do'a pagi bersama" ucap Faris.
Tanpa bicara apapun lagi kita langsung menuju lapangan untuk melaksanakan do'a pagi bersama.
"Mba Din... Sekarang jadwal mba pimpin do'a" ucap Salsa wakil ketua osis.
"Ya ampun aku lupa" ucapku sambil menepuk jidat ku.
Tanpa bicara lagi aku pun maju ke depan dan langsung memimpin do'a paginya.
Usai do'a pagi bersama kita berempat langsung masuk ke dalam kelas.
Di karna kan kita sudah mulai bebas karna sebentar lagi kita akan perpisahan.
Ting... Ting... Ting...
"Panggilan kepada seluruh kelas sembilan A, B, C dan D mohon memasuki aula"
"Elahh... Baru aja mau ke kantin" ucap ku merasa kecewa.
"Lagian kamu ini kebiasaan ya din ngga sarapan dulu di rumah" celetuk Ara.
"Yaa... biasalah Dinda kalo ngga males makan yaa... cari penyakit" sahut Aca.
Aku hanya ngedumel tanpa suara.
Sesampainya di aula kita langsung kumpulan untuk acara perpisahan nanti.
"Kenapa harus kebaya sih baju perpisahan nya? Kenapa ga kemeja atau potongan kek, gamis kek" dumel ku.
"Udah sih Din kamu terima aja, lagian emang kamu mau kalo pake gamis? Aku sih ngga" sahut Aca.
"Kenapa?" tanya ku.
"SURABAYA PANAS DINDAAAAA......." Ucap Ara, Aca dan Faris barengan.
Aku pun menutup telinga ku.
"Tapi kata aku sih biasa aja" jawab ku dengan enteng.
"Terserah kamu deh" jawab Ara malas.
Akhirnya kita pun langsung menuju kantin tapi tidak dengan Faris dia pergi sama teman cowoknya.
"Bi si paling bertiga pesennya seperti biasa" ucap Aca.
"Nggeh siap nduk" jawab bi inah.
Kita bertiga pun langsung memilih tempat duduk.
"Huekk"
Aca dan Ara pun langsung melirik ke arahku.
"Ehh... Kamu kenapa Din?" tanya Aca khawatir.
"Ngga tau tiba-tiba mual aja" ucap ku menutup mulut ku.
"Keknya maag kamu kambuh deh Din" ucap Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
No Ficción"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...