Muhammad Tohir Al-bashir

30 7 2
                                    

Baru saja aku keluar dari kamar tiba-tiba aku melihat Sindi menangis dan masuk ke dalam kamarnya.

Aku langsung mengikutinya dan masuk ke dalam kamar Sindi, sesampainya di kamar Sindi ternyata benar Sindi menangis.

Aku menghampiri nya, "Sin... Kamu kenapa?" tanya ku.

Tidak ada jawaban dari Sindi.

"Kalian keluar dulu ya, terus maaf panggilin Dini" ucap ku pada teman sekamar Sindi.

"Iyah mba" jawabnya"

Lalu mereka keluar dari kamar.

"Sin... Kamu kenapa?" tanya ku lagi.

Tak lama kemudian Dini datang, "kenapa?" tanya Dini melirik ke arah Sindi.

Aku hanya mengedipkan mata beberapa kali mengasih kode padanya.

"Sin... Kamu kalo ada masalah cerita aja sama kita" ucap Dini.

"Iyah, kita kan temenan udah lama, dulu kamu juga bilang jangan ada rahasia di antara kita" sambung ku.

"Orang yang aku sayang ternyata dia sedang menjaga hatinya untuk wanita lain" isak Sindi.

Aku dan Dini seketika terdiam sejenak.

"Awalnya aku mencintainya dalam diam, tapi aku nggak bisa nahan ini semua sendiri dan aku bilang sama dia kalo aku sayang sama dia, dan ternyata dia sedang menjaga hatinya" tangis Sindi kembali pecah.

"Sabar ya Sin..." ucap Dini.

"Emang siapa orangnya?" tanya ku pura-pura tidak tahu.

Sindi diam sejenak sambil menatap ku.

"Gus Anhar" jawabnya.

Aku tidak terlihat kaget atau sebagainya.

"Kalian ngga kaget?" tanya Sindi.

Aku hanya terkekeh kecil, "aku udah tau ko kalo kamu mencintai mas Anhar dalam diam" jawab ku.

"Dari kapan kamu tau?" tanya Sindi.

"Dari awal kita perfom" jawab ku lagi.

"Dasar yaa aku bodo, mba Arin yang cantik, pinter, sholehah, baik aja udah di tolak sama gus Anhar apalagi aku yang kalo di bandingkan sama mba Arin tidak ada apa-apa nya nekad mencintai seorang gus? Dasar Sindi bodohh" kekeh Sindi.

"Sabar Sin... Mungkin Allah udah siapkan seseorang yang sudah Allah siapkan buat kamu" ujar ku.

"Tapi kamu tau kan Din... Perasaan hati itu ngga bisa di bohongiii" tangis Sindi.

Sindi menatap ku, "andai aja aku jadi kamu Din... Pasti setiap hari aku di perhatiin sama gus Anhar, aku bisa manggilnya dengan sebutan mas, aku benar-benar iri sama kamu Din" ujar Sindi.

Aku hanya terdiam.

"Apa mungkin yang gus Anhar maksud menjaga hati untuk wanita lain itu mungkin buat kamu" ujar Sindi.

"Ngga mungkin dong Sin... Mana ada laki-laki apalagi mas Anhar seorang gus mau sama wanita kaya aku gini, aku itu orang nya kasar, jauh dari kata sholehah, kalo aku di bandingkan sama kamu aku ngga ada apa-apa nya" jawab ku.

"Tapi kenapa selalu kamu yang mendapat kebahagiaan itu?" celetuk Sindi.

Aku hanya terdiam setelah mendengar ucapan Sindi yang seperti merendahkan ku, aku hanya mendesis.

"Maksud aku bukan gitu Din..." ujar Sindi.

"Ngga papa kamu bener ko, orang seperti aku kaya gini mana pantas dapat kebahagiaan dari seorang gus" ujar ku.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang