Peserta demi peserta telah tampil dan saatnya mengumumkan pemenangnya.
Setelah melewati juara tiga dan dua akhirnya grup at-tupah juara satu tingkat provinsi.
"Alhamdulillah ya Allah..." tangis ku haru.
Para personil pun memeluk ku.
Aku menyuruh Sofi untuk mengambil piala nya.
Setelah mengambil piala banyak grup hadroh lain yang meminta foto dengan ku dan Anhar.
Setelah edisi foto-foto dan ada beberapa grup Sahdin yang minta di resmikan, akhirnya kita memutuskan untuk pulang.
"Sin... Kamu duluan aja nanti aku nyusul, aku mau ke air dulu" ujar ku
Sindi hanya membalasnya dengan anggukan, lalu mereka pergi begitu pun aku pergi ke kamar mandi.
Usai di kamar mandi aku tidak menemukan para personil at-tupah begitu juga, mas Maman, Anhar dan Sindi.
Akhirnya aku langsung masuk ke dalam mobil at-tupah lagi begitu terkejutnya aku melihat Anhar yang sudah duduk di jok supir.
"Mas Anhar ko di sini?" tanya ku.
"Ngga papa" jawab Anhar.
Lalu Anhar pun memarkirkan mobilnya.
Selama perjalanan hanya sepi tidak ada pembicaraan hanya sholawat yang terdengar.
Tiba-tiba ponsel Anhar bergetar pertanda pesan masuk.
"Din maaf liat siapa" ucap Anhar.
Aku menerima HP nya dan melihat siapa yang mengirim whatsapp nya.
"Siapa?" tanya Anhar.
"Ibu" jawab ku.
"Buka aja" jawab Anhar.
Baru saja aku membuka pesannya tiba-tiba ibu langsung menelfon dan aku langsung menekan tombol hijau.
"Assalamu'alaikum" ucap ku.
"Ini Dinda bu"
"Mas Anhar lagi nyetir, ada apa bu?" tanya ku.
"Apa itu bu?" tanya ku lagi.
Ibu menyuruhku untuk membuka chat whatsapp nya dan ternyata.
"Masya Allah alhamdulillah... Barakallah ya bu... Ibu jaga kesehatan" ucap ku.
"Iyah bu aamiin, ya udah bu, Iyah waalaikumsalam" jawab ku.
Lalu aku menekan tombol merah, dan mengembalikan pada Anhar.
"Kenapa?" tanya Anhar.
"Ibu lagi hamil" jawab ku.
"Masya Allah iyah?" tanya Anhar tak percya.
"Iyahh" jawab ku.
"Alhamdulillah" ujar Anhar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...