Rasanya baru kemarin aku masuk pondok, hingga tak terasa kini aku sudah mau wisuda.
Para mas santri dan pengurus baru di sibukan mendekor panggung untuk acara perpisahan dan wisuda untuk hari besok.
"Kamu mending Din perpisahan SMP pake baju bebas, coba aku... Pake kebaya dong, mana di sana awal aku ketemu lagi sama mas Anhar+duet" jelas ku.
"Hah? Awal ketemu lagi?" Sindi.
Yaa Sindi, aku, dan Dini sudah akur lagi dengan Sindi, dan mencoba melupakan masa lalu.
"Iyahh, soalnya udah lama aku gak ketemu sama mas Anhar" jawab ku.
"Maksudnya gimana?" tanya Sindi.
"Kamu belum tau?" tanya Dini.
Sindi hanya menggeleng polos.
"Aku dari kecil emang udah ketemu sama mas Anhar, tapi kita sempat pisah karna waktu itu aku diem di rumah bude aku di Bekasi sampe aku kelas 2 smp, kelas 2 smp semester 2 aku pindah ke Surabaya, dan waktu itu aku baru ketemu lagi sama mas Anhar" jelas ku.
Sindi hanya ber'oh'iya.
Aku dan Dini hanya menatap Sindi yang tiba-tiba terdiam.
Sindi pun sadar bahwa aku dan Dini menatapnya.
"Ehh kenapa nih?" tanya Sindi bingung.
Aku dan Dini saling tatap lalu menatap Sindi kembali.
"Santai aja aku gak sakit hati ko, aku juga lagi berusaha buat lupain semuanya" jawab Sindi.
"Pokoknya pertemanan kita jangan sampe rusak cuman karna cowo oke" ujar ku.
Sindi dan Dini hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu kita bertiga pun berpelukan.
Di karna kan hari sudah mulai siang akhirnya kita menuju dapur untuk makan.
Setelah usai makan kita diam sejenak di kantin.
"Assalamu'alaikum" ucap seseorang yang baru saja datang.
"Waalaikumsalam" jawab kita.
Melihat siapa yang datang dan ternyata Anhar, aku hanya berbuang muka.
"Kemana aja? Dari tadi di telfon gak di angkat" ucap Anhar.
"Heh... Malah diem" sewot Anhar.
"Lah... Mas nya marah sama saya?" tanya ku.
"Blagu" ucap Anhar yang tak terlalu kencang.
"Kurang kenceng bilangnyaaaa" aku menaikan nada ku.
Dini dan Sindi menutup telinga mereka masing-masing.
"Dinda" tegur Anhar.
Aku hanya memutar bola mata ku.
"Ada ibu sama ayah di rumah abuya" ucap Anhar.
"Hah? Yang bener? Bohong yaa?" tanya ku tak percaya.
"Terserah, assalamu'alaikum" ucap Anhar lalu pergi dari sana.
"Iiii mas Anhar...." kesal ku.
"Aku ke rumah abuya dulu ya" ucap ku pada Dini dan Sindi.
"Iyah" jawab mereka.
Lalu aku pergi dari sana dan mengejar Anhar.
Sesampainya di rumah abuya ternyata benar di sana ada keluarga ku dan ada juga keluarga Annaz.
"Assalamu'alaikum" ucap ku.
"Waalaikumsalam" jawab mereka.
Aku mencium punggung tangan ibu, ayah, ummik dan abah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...