Hari telah berganti aku mengemas semua barang ku yang masih tersisa di pondok, dan barang ku yang lainnya sudah aku titipkan pada ibu kemarin.
Dini dan Sindi sudah pulang pagi tadi.
Aku menuju rumah abuya untuk berpamitan, ternyata di sana pun ada Anhar.
"Buya makasih atas semua ilmunya, semoga ilmunya barokah" ucap ku menangis haru, mencium punggung tangan abuya.
"Aamiin, jadi anak sholihah ya nduk" ucap abuya menangis.
"Anak kuat" isak abuya.
"Apa maksud buya?" gumam ku dalam hati.
"Nanti kalo ada acara di sini, kamu jangan lupa datang yaa" ucap abuya.
"Nggeh buya, InsyaAllah" jawab ku tersenyum.
Setelah berpamitan pada abuya, aku dan Anhar berpamitan pada tim syubban.
Usai berpamitan aku dan Anhar langsung berangkat ke Surabaya.
"Mas nanti mampir ke mini market yaa, tadi ibu titip susu Tohir" ujar ku.
"Iyah" jawab Anhar.
Lalu kita pun mampir ke mini market untuk membeli pesanan ibu.
"Udah kan beli susu sama mp-asi doang?" tanya Anhar.
"Eumm bentar deh mas, Dinda mau beli cemilan dulu buat di rumah nanti" ucap ku.
"Ya udah" jawab Anhar.
Lalu aku membeli cemilan dan memenuhi keranjang belanjaan ku.
"Dinda..." Anhar hanya meng geleng-geleng kepala setelah melihat cemilan yang aku beli.
Aku hanya menyengir, "tapi mas"
"Ya udah terserah kamu aja" jawab Anhar seperti marah.
Akhirnya aku mengembalikan beberapa makanan yang aku ambil.
Lalu aku pergi ke kasir dan membayarnya.
Baru saja aku dan Anhar keluar dari mini market, ternyata hujan lebat.
"Yahhh hujan" keluh ku.
"Kita nunggu di sini aja, payungnya di dalam mobil" ucap Anhar.
Aku hanya membalasnya dengan anggukan.
Sudah setengah jam aku dan Anhar diam di depan mini market, banyak orang juga yang meneduh di sana.
"Kamu tunggu di sini bentar yaa" ucap Anhar.
Aku hanya membalasnya dengan anggukan.
Lalu Anhar masuk ke dalam mini market.
Tak lama kemudian Anhar kembali membawa dua cup.
"Minum dulu biar angetan" ucap Anhar.
Aku menerimanya, "makasih mas" ucap ku.
Anhar hanya mengangguk.
Setelah menunggu satu jam lebih, akhirnya hujan sudah reda hanya saja masih rintik-rintik.
"Kamu tunggu di sini dulu, mas ambilin payung dulu" ucap Anhar.
"Gak papa langsung aja, lagian ngga ujan ko" jawab ku.
"Ya udah yuk" Anhar menjadikan jaketnya untuk berteduh sampai mobil.
Aku menghela nafas, setelah sampai di mobil.
"Sini mas jaketnya" ucap ku.
Lalu Anhar memberikan jaketnya, dan aku menaruhnya di jok belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...