Jennie sedang berhubungan seks dengan Jisoo ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka dan sang unnie, Irene mulai berteriak pada Jensoo. Pada awalnya Jennie hanya tercengang tetapi kemudian dia melakukan hal pertama yang terlintas dalam pikirannya--mendorong Jisoo darinya membuat wanita itu jatuh dari kasur, sebelum dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang.
"Ugh!" Jisoo mengerang ketika tubuhnya dia melakukan kontak dengan lantai yang keras. "Yah! Jennie-ah!" Dia menatap tajam.
"Mianhae baby." Jennie mencoba membantu Jisoo untuk bangun tetapi seseorang mendorong tangannya dan saat itulah Jennie ingat bahwa kakak Jisoo ada di kamar bersama dengan mereka.
"Jangan sentuh dia!" Irene menggeram padanya. "Jennie? Baby? Sudah berapa lama ini terjadi?" Irene menatap Jennie, sambil memegang bahu Jisoo.
"Yah, unnie bisakah aku memakai sesuatu dulu?" Tanya Jisoo dan Jennie tahu bahwa Jisoo sedang mengerucutkan bibirnya sambil menunjukkan puppy eyes-nya kepada sang unnie, meskipun punggung Jisoo menghadapnya.
"Arraso... aku akan menunggumu di ruang tamu, jika kau tidak berada di sana dalam dua menit, akan ada konsekuensi yang berat dan aku sedang membicarakan tentang kalian berdua." Irene memelototi Jisoo lalu ke arah Jennie dan meninggalkan kamar.
"Jennie-ah apa yang akan kita lakukan sekarang? Unnie akan membunuh kita! Terutama kau!"
Jennie menelan ludah.
"Yah pertama-tama kita harus berpakaian dan turun ke sana segera, aku tidak mau memperburuk keadaan."
Jisoo mengenakan boxer dan tank topnya sementara Jennie mengenakan salah satu celana olahraga milik Jisoo dan tank top lain yang langsung dia pakai.
Keduanya berjalan ke ruang tamu dan melihat Irene duduk di sofa dengan ekspresi kesal di wajahnya.
"Duduk." Kata Irene. Jennie dan Jisoo duduk bersebelahan di sofa di sebelah Irene.
"Andwe! Jisoo kau duduk di sini." Irene berkata dan menunjuk kursi berlengan di seberang tempat Jennie duduk. Jisoo hanya menuruti permintaan itu.
"Oke sekarang katakan. Sudah berapa lama hal ini terjadi di belakangku? Dan kau? Bagaimana kau bisa melakukan itu dengan adik ku?" Irene menatap tajam ke arah Jennie.
"Unnie! Aku bukan bayi, aku sudah 18 tahun!" Teriak Jisoo.
"Tentu saja kau bayi Jisoo, kau akan selalu menjadi bayi di mataku."
"Tidak! Dan siapa kau untuk memerintahku apa yang harus dilakukan? Kau bukan ibuku atau ayahku." Balas Jisoo, Jennie bisa melihat di mata Irene bahwa wanita itu terluka. Dia harus melakukan sesuatu, pikirnya.
"Chichu itu tidak baik, jangan bicara dengan unnie mu seperti itu." Kata Jennie mencari mata Jisoo.
"Aku tidak peduli!"
"Yah! Unnie mu selalu ada untukmu dan telah membuktikan dirinya lebih baik daripada seorang ibu atau ayah mana pun. Dia selalu melindungi dan menjagamu. Dia sangat menyayangimu dan kau hanya menyakitinya saat ini. Kau bertingkah seperti anak kecil." Jennie tahu kata-katanya langsung masuk ke kepala Jisoo kali ini karena Jisoo tampak menyesal tetapi sedikit kesal pada bagian 'anak kecil'.
"Maaf unnie tapi aku sudah 18 tahun, aku dewasa dan aku bisa memutuskan apa pun yang aku lakukan dan siapa pun yang aku ingin bersama denganku. Aku wanita paling bahagia yang hidup di dunia ini karena wanita yang aku naksir sejak pertama kali aku bertemu dengannya telah melirik ku dan tidak takut dengan kelainan bentuk tubuhku. Jadi tolong biarkan aku bersama Jennie." Jisoo berkata dan sejujurnya Jennie sangat terkesan dan sedikit terangsang oleh keberanian dan seberapa pasti dari ucapan Jisoo saat itu.