"Oh ayolah, tidak ada alasan untuk gugup. Kau adalah teman putriku." Daddy Kim berkata sambil tersenyum tulus.
"Sebaliknya, jika kau adalah pacarnya, kau harus gugup. Dan maksudku sangat gugup. Tapi hei, kau bukan laki-laki, jadi kita akan baik-baik saja. Sebab jika kau laki-laki, hal pertama yang akan ku lakukan adalah memotong milikmu agar kau tidak bisa membuat putri ku hamil."
Tiba-tiba Jennie menjadi sangat gugup. Bagaimana jika Jisoo benar? Pikirnya. Bagaimana jika daddynya benar-benar membunuh kekasihnya?
Otomatis Jennie tertawa gugup. "Jangan seperti itu dad, kau bercanda kan? Kan?!"
"Tentu saja..." Jeda ayah Jennie.
Thank God!
"Aku tidak bercanda. Jika ada bajingan yang membuatmu hamil, daddy akan menguliti mereka hidup-hidup dan membuat mantel dari kulit tubuhnya itu."
Tiba-tiba Jisoo melompat dan berdiri di belakang sofa tempat mereka berdua sedang duduk.
"Jisoo, ada apa denganmu? Kenapa kau berdiri disana?" Tanya Daddy Kim.
"Tidak apa-apa, aku hanya bosan duduk."
Daddy Kim mengangguk.
"Aku hanya mengambil tindakan pengamanan, kalau-kalau terjadi sesuatu." Jisoo berbisik tapi Jennie mendengarnya dengan jelas.
Tiba-tiba Jennie berpikir bahwa datang ke sana adalah tindakan yang salah.
"Jadi beritahu aku bagaimana bisa kalian berdua bertemu? Aku percaya kau lebih muda dari putriku, jadi sepertinya bukan dari Universitas." Kata Daddy Kim.
"Jennie adalah sahabat unnie ku dan aku bertemu dengannya melalui unnie." Jawab Jisoo.
"Aku tidak mengerti. Kenapa kalian berdua yang datang ke sini jika kakakmu adalah teman putriku?"
"Baiklah, aku harap kau akan menerima ini dengan tenang, paman. Aku dan Jennie sedang menjalin hubungan." Jisoo berkata.
Jennie memejamkan matanya, menunggu badai yang akan datang.
"Apa kau bilang barusan? Princess, apa yang anak ini bicarakan? Kau tidak bisa menjalin hubungan dengannya, dia perempuan demi Tuhan!" Daddy Kim bangkit dari tempat duduknya dan dia berteriak pada Jennie dan Jisoo. Ya, tampak seperti lebih ke Jisoo.
"Dia mengatakan yang sebenarnya, dad. Kami sudah berkencan selama setengah tahun dan dua minggu lalu kami bertunangan."
"Bertunangan?! Kau bertunangan dengan anak ini? Kenapa kau harus bertunangan?" Wajah pria tua itu menjadi merah karena marah sehingga membuat Jennie agak takut.
"P-paman, s-sebelum aku beritahu mu mengapa kami bertunangan, aku p-perlu memberitahumu beberapa hal tentang d-diriku. Sebenarnya, a-aku lahir interseks."
Daddy Kim mengerutkan alisnya.
"I-itu berarti meskipun aku kelihatannya seorang wanita, aku dilahirkan dengan alat kelamin laki-laki."
Jennie merasa daddynya mulai sadar maksud Jisoo yang sebenarnya.
"Aku minta maaf paman, tolong jangan buatkan aku menjadi mantel."
"Apakah kau serius?! Kau membuat putri kecilku hamil?"
"Maaf sekali lagi paman, kami tidak merencanakannya, hanya saja.."
"Aku akan membunuh mu!" Daddy Kim berteriak dan mulai berlari menuju ke arah Jisoo yang langsung melarikan diri. "Kemari kau bajingan kecil!"
"Tidak! Tolong paman, aku benar-benar minta maaf tapi aku jujur mencintai putrimu!" Keduanya berlarian ke seluruh penjuru rumah.
Ketika Daddy Kim melewati pintu depan, dia mengambil tongkat baseball yang dia miliki untuk perlindungan dan mulai mengayunkannya ke arah Jisoo.
Jennie semakin cemas dengan keselamatan Jisoo-nya karena sepertinya ayahnya tampak sangat serius membunuhnya. Dia mulai merasakan gangguan di perut bagian bawahnya dan aku merasakannya sesuatu yang salah.
"Chu, dad, ada yang tidak beres, aku merasa tidak enak."
Keduanya terus berlarian tanpa menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka mendengarkan Jennie. Dia menunduk dan melihat jejak darah di pakaiannya.
"Chu, daddy, ada yang tidak beres dengan anakku." Rasa sakit di perutnya mulai semakin kuat. "Chichu! Daddy! Hentikan! Aku berdarah, ada yang salah dengan anakku!"
Keduanya segera berhenti dan Jisoo berlari ke arahnya. ketika dia melihat darah, matanya membelalak dan dia mulai panik.
"Ambulans! Ayo panggil ambulans! Aduh, aku tidak tahu nomornya! Jen, apa nomornya?"
"911." Jawabnya.
Dia mengetik nomornya. "Halo, aku tidak bisa berbahasa Inggris!"
"Berikan padaku!" Daddy Kim berkata dan mengambil telepon dari Jisoo.
Dia memberitahu informasi yang diperlukan sebelum menutup panggilan.
"Mereka akan sampai di sini dalam 10 menit. Mereka memberitahuku bahwa kau tidak boleh bergerak."
Tiba-tiba Jennie merasakan rasa sakit yang tajam.
"Akh!" Dia berteriak, kesakitan.
"Jennie-ah! Kau baik-baik saja? Bilang bahwa kau baik-baik saja! Aku tidak ingin kehilanganmu Jen, aku sangat mencintaimu." Ucap Jisoo dan mulai mengusap dan mencium wajahnya.
"Tolong, kalian berdua harus baik-baik saja. Bagaimana jika sesuatu terjadi pada anak kita? Apa yang akan aku lakukan Jen?" Jisoo mulai menangis.
*Ting Tong*
"Itu pasti paramedis." Daddy Kim berkata dan membuka pintu, dua orang masuk dengan membawa kursi roda dan mereka membantu Jennie duduk di atasnya, sebelum naik ke ambulans diikuti oleh daddy Kim dan Jisoo.
"Hanya satu dari kalian yang diperbolehkan masuk ambulans." Ucap salah satu paramedis.
"Chu, aku ingin kau ikut denganku." Jisoo mengangguk dan naik ke dalam ambulans.
***
JISOO
Seluruh perjalanan menuju ke rumah sakit itu seolah neraka baginya. Jisoo berusaha terlihat kuat di depan Jennie, sementara di dalam dirinya, dia seolah sekarat sedikit demi sedikit karena gelisah.
Dia juga tidak mengerti apa pun dari apa yang dikatakan oleh paramedis itu kepada Jennie. Dia tidak tahu apakah mereka punya kabar baik atau kabar buruk, tapi dari jeritan kesakitan yang terus-menerus dan kerutan di wajah Jennie, Jisoo tahu itu tidak terlalu bagus.
Sejujurnya dia tidak berpikir dia akan bisa bertahan jika kehilangan salah satu dari mereka malam itu.
Mereka akhirnya sampai di rumah sakit dan bergegas masuk sementara perawat menyuruh Jisoo duduk di ruang tunggu. Setelah beberapa menit, Daddy Kim datang.
"Apa yang dokter bilang?"
"Belum ada, belum ada yang keluar."
"Kalau begitu, yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah duduk dan menunggu seseorang memberi tahu kita apa yang terjadi pada Jennie." Ucap Jisoo pelan.
"Paman, apakah paman tahu apa yang terjadi terjadi pada Jennie?" Tanya Jisoo setelah jeda panjang.
"Aku bukan dokter, tapi biasanya dari apa yang sering aku dengar ketika seorang wanita mengalami pendarahan ketika kehamilannya, itu bisa menyebabkan keguguran."
"Maksud paman, kami bisa kehilangan anak kami?!"
"Ya, aku khawatir begitu."
Ini tidak mungkin terjadi! Aku sudah mencintai anak kami dengan sepenuh hati! Kami tidak bisa kehilangannya. Dalam beberapa minggu lagi, kami akan mengetahui apakah dia seorang putra kecil atau seorang putri kecil, kami tidak bisa kehilangannya sekarang!
Tiba-tiba mereka melihat beberapa dokter mendatangi mereka dengan raut wajah yang bisa dikatakan bahwa keadaannya tidak begitu baik.
Bagaimana jika kekasihnya benar-benar mengalami keguguran?
OH SHIT!
Tbc...