Dia mendorong Jisoo menjauh darinya dan fokus pada suara di ujung telepon.
"Apa maksudmu kau berada di luar gedung apartemen ku, dad?"
"Biarkan daddy masuk dan katakan padaku nomor apartemenmu lalu kita bisa bicara."
"Apartemen 4A, di lantai empat. Bilang pada penjaga, aku menunggumu."
"Baiklah princess, sampai jumpa sebentar lagi."
Panggilan itu berakhir dan Jennie mengalihkan perhatiannya ke arah wanita yang berbaring di sebelahnya.
"Daddy ada di sini, jadi jika aku jadi dirimu, aku akan melakukan sesuatu dengan milikmu itu." Katanya sambil menunjuk milik Jisoo yang masih ereksi.
Jisoo segera melompat dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi, Jennie juga bangkit dan memperbaiki kasurnya sambil memungut pakaian mereka yang berserakan di atas lantai. Dia membuka jendela untuk menghilangkan bau seks dan berpakaian tepat saat bel pintunya berbunyi. Dia berjalan menuju pintu depan dan membukanya.
"Daddy!" Serunya dan langsung memeluknya.
"Hai princess, apa kabarmu?" Tanya daddy Kim membelai rambut putrinya.
"Aku baik-baik saja dad, masuklah. Ayo kita duduk di ruang tamu." Menarik pria tua itu untuk duduk sofa.
"Di mana Jisoo?"
"Dia di kamar sedang bersiap-siap. Mengapa kau di sini dad?"
"Ibu Jisoo meneleponku."
"Apa?! Kenapa Momma Kim meneleponmu?"
"Ada apa? Apa yang Eomma lakukan?" Jennie mendengar suara dari belakangnya dan dia bisa melihat Jisoo melangkah ke arah mereka dengan rambut basah.
"Oh, halo Jisoo." Kata daddy Kim dan Jisoo membungkuk padanya sebelum duduk di sebelah kekasihnya.
"Halo paman, bagaimana bisa paman ada di Korea."
"Aku baru saja memberitahu Jennie tentang hal itu. Ibumu meneleponku dan dia memiliki alasan baik. Nak, perutmu mulai terlihat, baik daddy maupun orang tua Jisoo setuju bahwa kalian harus menikah. Segera."
"Nde? Maksudku, daddy setuju?" Jennie bertanya.
"Ya. Daddy banyak memikirkannya, daddy rasa Jisoo sangat mencintaimu dan dia akan melakukan apa pun untuk membuatmu bahagia, jadi daddy memutuskan bahwa dia layak untuk putri daddy ini. Dan juga putri dari putri daddy akan lahir dan dia memiliki darah Jisoo di dalam dirinya jadi.."
Jennie segera bangkit dan memeluk sang daddy. "Terima kasih Dad! Aku sangat menyayangimu."
"Nado, princess." Ucapnya sambil membelai rambut putrinya.
Keduanya berhenti berpelukan ketika mendengar Jisoo berdehem. "Terima kasih banyak paman karena mengizinkanku untuk menikahi putrimu." Ucapnya lalu membungkuk.
"Jisoo, kau bisa memanggilku daddy mulai sekarang." Kata Daddy Kim dan dia meminta Jisoo untuk mendekat.
Jisoo berjalan ke arahnya dan pria tua itu menariknya ke dalam pelukan. "Terima kasih dad." Katanya dan..
"Omo! Chu, kau menangis?"
"Hm.."
"Kenapa?"
"Aku juga tidak tahu! Jennie-ah, tolong hentikan ini." Ucap Jisoo dan dia memeluk Jennie, membenamkan wajahnya di lekuk lehernya.
"Kau benar, dia sangat imut." Kata daddy Kim sambil terkekeh.
"A-aku tidak-i-imut!" Jisoo berhasil berkata di sela isak tangisnya.
"Tentu saja tidak." Balas Jennie membuat Jisoo menarik diri untuk menatap sang kekasih.
"Yah! Apa kau tidak melihatku? Akulah yang paling imut di dunia ini! Lihat bibirku!" Dia mengerucutkan bibirnya.
Daddy Kim dan Jennie mulai tertawa.
"Chu, putuskan apakah kau imut atau tidak?" Tanya Jennie.
"Aku imut ketika aku memutuskan untuk menjadi imut, arra?"
"Baiklah, jadi mulai sekarang beritahu aku kapan aku bisa memanggilmu imut."
"Okay!" Jawab Jisoo dan memberikan senyumannya yang lucu.
"Dork! Daddy, dimana kopermu? Jisoo akan membantu mu pindah ke kamar tamu." Kata Jennie dan Jisoo melebarkannya mata, menunjuk pada dirinya sendiri sambil mengucapkan 'Aku?'
"Oh, tidak perlu. Daddy akan menginap di hotel, bahkan barang-barangku sudah ada di sana. Daddy juga pikir kamar tamu kalian tidak akan tetap seperti itu untuk waktu yang lama. Karena sepertinya ibu Jisoo ingin mengajakmu berbelanja besok untuk membeli sesuatu, dan mengubah kamar tamu kalian menjadi kamar bayi."
"Besok? Bukankah terlalu dini untuk melakukan semuanya itu?" Tanyanya.
"Tidak, menurutku dia benar. Lebih baik dipersiapkan lebih awal lagi. Daddy rasa dia sudah mengatur semuanya agar besok kalian bisa pergi merencanakan pakaian pernikahan juga."
"Apakah itu berarti aku harus pergi juga?" Jisoo bertanya.
"Tentu saja begitu, Chu, apa menurutmu aku akan memutuskan semuanya sendiri?" Balas Jennie.
"Ya? Karena akhirnya kita akan membeli apa pun yang kau inginkan." Jawab Jisoo.
"Itu wajar, tapi setidaknya aku harus membiarkanmu memberikan pendapatmu tentang sesuatu juga, bukan?"
"Tapi aku benci berbelanja!" Jisoo merengek dan cemberut dengan alis berkerut.
"Ini untuk anak kita! Kau bahkan tidak akan melakukannya untuk anak kita?" Tanya Jennie dan wajah Jisoo perlahan melembut.
"Ugh! Aku benci saat kau selalu bisa memaksaku melakukan apapun yang kau mau."
"Well, aku seorang princess karena suatu alasan. Kau harus mematuhiku."
"Oh God! Cucu ku akan lebih manja dari mu." Kata Daddy Kim.
"Daddy! Bagaimana bisa daddy mengatakan itu? Aku putrimu!"
"Uhuh, maafkan aku princess, tapi lihatlah caramu membuat Jisoo bucin seperti ini dan mengikuti apa yang kau mau, daddy hanya bisa membayangkan bagaimana dia akan memperlakukan putri mu. Bersiap untuk diabaikan di masa depan princess, nikmati perhatian Jisoo selagi kau masih bisa mendapatkannya."
"Hehe, aku yakin aku bisa menangani keduanya." Ucap Jisoo.
"Oh tidak, kau tidak akan bisa Jisoo. Percayalah, aku juga seperti mu."
Apakah itu berarti saat anak kami lahir, Jisoo akan berhenti memperlakukan ku seperti seorang princess?
Aku tidak akan sering bertemu Chu Junior?
Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi, aku harus sering-sering membiarkan Chu Junior dan Jen Junior bertemu, bahkan setelah anak kami lahir.
Bagaimana aku bisa bertahan hidup tanpanya saat dua minggu atau lebih saja aku tidak tahan dan siap memperkosanya?
Dia sudah rela menjauh dariku, dan anak kami bahkan belum lahir.
Aku akan kehilangan Chu-ku pada anakku sendiri!
FUCKING NO...