"Shh, mereka akan mendengarkan kita." Katanya sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya sendiri.
"Jadi kenapa?" Gadis lain bertanya sambil melanjutkan apa yang dia lakukan.
"Ini seharusnya menjadi rahasia. Aku juga yakin kau tidak ingin mereka melihat kita seperti ini."
"Aku benar-benar tidak melihat masalah besarnya, Ruka."
"Kau gila Rita? Kalau appa tahu kau menyelinap ke rumah kami di tengah-tengah malam, dia akan membunuhmu."
"Hei, kau yang menyuruhku datang! Kalau dia tahu, kau harus melindungiku." Kata Pharita dan cemberut.
"Itu bukan salahku, kau bisa saja mengatakan tidak."
"Jinjja? Kau pikir aku akan mampu bilang tidak padamu?" Kata Pharita.
"Tidak, dan itulah yang aku andalkan darimu." Kata Ruka dan menjulurkan lidahnya.
"Dasar gadis kecil licik," Ucap Pharita, pura-pura kesal.
"Diam Rita dan gerakkan tanganmu lebih cepat, kita tidak punya waktu semalaman."
"Okay, okay! Kau tahu, aku suka saat bossy Ruka muncul."
"Diamlah budak dan lakukan dengan cepat!" Kata Ruka memukul Pharita.
"Apa yang kalian berdua lakukan?!" Sebuah suara terdengar sedikit tinggi di dekat kedua gadis kecil itu.
"M-mama?!" Ucap Ruka terkejut.
"Pharita, aku kecewa sekali padamu. Bagaimana bisa kau datang ke rumah ini secara diam-diam dan menemukanmu seperti ini!"' Ucap Jennie.
"Maafkan aku Mama Kim." Kata Pharita sambil menyeka tangannya yang sedikit kotor dengan tepung di celemeknya.
"Iya iya, sekarang apa kalian bisa katakan pada mama kenapa dapur mama tampak seperti zona perang pada jam 4 pagi?" Tanya Jennie menyilangkan tangan di dadanya.
"Appa ulang tahun besok, kan? Jadi aku ingin membuatkan kue untuknya dan karena aku tidak bisa melakukannya sendiri, aku meminta Rita untuk membantuku."
"Ugh!! Kenapa kau menjadi anak yang begitu baik? Aku bahkan tidak bisa membentakmu!" Kata Jennie.
"Jadi mama tidak akan menelepon orang tuaku?" Tanya Pharita dengan nada penuh harap.
"Maafkan aku Pharita, tapi aku tidak punya pilihan lain dan harus memberi tahu orang tuamu tentang hal ini. Aku akan menjelaskan pada mereka apa yang kau lakukan dan mengapa, jadi aku yakin kau tidak akan mendapat masalah."
"Tapi umma, ini ideku! Pharita hanya membantuku karena dia temanku!" Ruka beralasan.
"Dan itulah mengapa kau akan mendapatkan apa pun hukuman yang diputuskan oleh orang tua Pharita juga, nona muda. Sekarang, mari kita selesaikan kue ini dan bersihkan semuanya agar kalian bisa tidur." Kata Jennie dan mengambil resepnya dari atas meja.
***
JISOO
"Selamat pagi, Chu." Jennie berbisik di telinga Jisoo, mencium pipinya.
"Hmm..." Jawab Jisoo mengantuk sebelum memeluk istrinya dan membenamkan wajahnya ke leher Jennie, mengecupnya untuk beberapa kali saat pinggulnya mulai bergerak di bawah sana.
"Tidak Chu, hentikan itu!" Ucap Jennie tegas dan mencoba menghentikan pinggul Jisoo yang bergerak nakal.
"Kenapa? Hari ini ulang tahunku, biarkan aku melakukannya." Jisoo melanjutkan gerakannya.