"Uh ya, aku dan Jennie berkencan," Aku Jisoo.
Mereka sudah mandi dan mengenakan pakaian, secara terpisah dan menuju ke lantai bawah untuk mencoba dan menjelaskan kepada eomma Kim tentang apa sebenarnya yang dia lihat pagi tadi.
"Wow." Eomma Kim menghela nafas. "Jadi, Jung Hoon memakai celana yang lebih ketat dari legging ku, Jiyoon memakai baju laki-laki dan kemudian kau lah yang gay...hm menarik." Ucap Eomma Kim.
"Jinjja eomma? Bukankah sudah ku bilang padamu bahwa pada dasarnya aku sudah lama menginginkan Jennie dan hanya itu yang eomma pikirkan?" Jisoo bertanya.
"Oh, ayolah nak, siapa pun yang memiliki mata dapat melihat bahwa mata mu itu hanya untuk Jennie."
Jennie tersipu saat mendengar ucapan Eomma Kim, dan menggenggam tangan Jisoo lebih erat.
"Nde, siapa pun kecuali dia," Gumam si rambut hitam itu sambil menatap sahabatnya.
"Baiklah, kalian harus berangkat ke sekolah. Jennie, apa kau yang melakukan itu pada Jisoo?" Tanya Eomma Kim sambil menunjuk ke leher putrinya.
Jennie mengangguk, takut dengan apa yang akan dikatakan eomma Jisoo.
"Ok. Tolong jangan diulangi lagi, selain terlihat norak, itu juga berbahaya, bisa menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Selain itu Jisoo, kau sudah tidak dihukum lagi. Sampai ketemu nanti dan tolong buatlah pilihan yang baik, nak."
Jisoo tersenyum lebar dan berterima kasih pada ibunya. Dia tetap memegang tangan Jennie dan keduanya meninggalkan rumah Jisoo, pergi ke sekolah bersama.
"Berhenti menatap ku," Jennie terkekeh.
Mereka berkendara ke sekolah dan di setiap belokan dan lampu merah serta tanda berhenti, Jisoo akan melirik wanita yang lebih muda di sampingnya.
"Tidak bisa," Gumamnya.
Jennie kembali menatap Jisoo dengan wajah yang tampak tersenyum malu. "Kau siap?" Jennie bertanya ketika mereka sampai di sekolah.
"Akulah yang seharusnya menanyakan itu padamu."
"Apakah semua orang akan berhenti mengatakan hal-hal tentang ku, karena satu-satunya alasan aku khawatir saat ini adalah tentang apa yang akan orang katakan tentang aku berkencan denganmu, sahabat ku sendiri. Dan bukan tentang aku yang berkencan dengan seorang wanita. Apakah itu masuk akal?" Jennie mengerang frustasi.
"Tidak juga," Jisoo terkekeh. "Tapi ayo," Dia meraih tangan Jennie dan membawa mereka berdua menuju ke dalam gedung.
Seperti yang diharapkan, beberapa orang melirik mereka dan beberapa menatapnya. Beberapa orang juga tidak mengatakan apa pun, berpikir bahwa teman biasanya akan bertindak seperti itu atau semacamnya.
"Yo!" Teriak Seulgi sambil mendekati keduanya.
"Hai Seul," Sapa pasangan itu bersamaan, saling berpandangan dan terkikik.
"Eh, kalian berdua bahkan sangat sinkron. Bye."
Jisoo mengangkat alisnya bingung. "Oke, itu agak aneh. Menurutmu kenapa dia datang ke sini?"
Jennie mengangkat bahu dan menutup lokernya. "Mungkin ingin tahu kenapa orang-orang saling bicara dan berbisik. Ayo, kita ada kelas bahasa Inggris bersama."
***
"Aku tidak ingin kau pergi," Keluh Jisoo.
"Hanya untuk dua jam dan kemudian kau akan menemui ku saat makan siang nanti."
"Aku tahu, tapi aku tetap tidak ingin kau pergi." Jisoo mengerang.
Jennie menyeringai dan mencium Jisoo dengan lembut. "Sampai jumpa nanti."