Sudah dua hari sejak pasangan Jensoo pergi ke Dokter Song dan mengetahui bahwa mereka akan memiliki seorang putri, keduanya bahkan segera menelepon orang tua mereka dan memberi tahunya.
Orang tua Jisoo sangat senang dan Mommy Kim memaksa Jennie untuk merombak ruang tamu mereka menjadi kamar bayi tapi menurutnya hal itu terlalu cepat. Mengejutkan, Daddy Kim juga bereaksi sangat baik atas berita itu, jadi Jennie benar-benar merasa senang.
Tapi Jennie juga punya masalah. Jisoo masih mengkhawatirkan bayinya dan mereka belum melakukan hubungan seks membuat Jennie menjadi sangat horny.
Keduanya sedang berbaring di atas kasur saat ini, Jennie sedang membaca majalah fashion sementara Jisoo bermain ponselnya.
"Jennie-ah, aku mau mandi."
Jennie mengangguk dan bersenandung sebagai jawaban, Jisoo pasti akan mengunci pintunya lagi. Jisoo perlahan bangkit untuk mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Begitu pintu ditutup, Jennie menunggu suara kunci pintu diputar yang sering membuatnya kesal, tetapi apa yang dia dengar hanyalah air mengalir. Suara pintu dikunci tidak terdengar, berarti...Jisoo tidak mengunci pintunya! Apakah artinya Jisoo mengajaknya untuk bergabung dengannya atau Jisoo lupa begitu saja?
Apa pun itu, dia tidak peduli, Jennie bangkit dan menanggalkan pakaiannua sendiri. Dia membuka pintu dan melihat Jisoo yang sedang berdiri di sana menatapnya dengan seringai di wajahnya.
"Kenapa lama sekali Jen? Airnya nanti jadi dingin.."
Kapan Jisoo-nya menjadi percaya diri seperti itu? Jisoo memberi isyarat agar dia mendekat padanya dan Jennie langsung melakukannya.
"Maaf aku tidak bercinta denganmu akhir-akhir ini, karena aku takut dengan anak kita, tapi karena dokter bilang tidak apa-apa aku bersedia meskipun sedikit takut. Aku juga melihat tentang posisi seks terbaik untuk ibu hamil jadi aku benar-benar siap sekarang!" Jisoo berkata dan melontarkan senyum lebarnya.
Jennie balas tersenyum dan menciumnya. Tangannya secara otomatis melingkar di leher Jisoo sementara tangan Jisoo melingkari pinggangnya, menariknya mendekat. Setelah beberapa menit, ciuman itu terhenti dan Jisoo menggigit pelan daun telinganya.
"Aku merindukanmu." Bisik Jisoo dan mulai mencium leher Jennie di mana dia menemukan titik nadinya dan mulai menghisapnya, meninggalkan bekas.
"Aku juga merindukanmu, Chu." Balas Jennie dan merasakan milik Jisoo yang keras di bawah sana menusuk inti tubuhnya. "Sepertinya ada yang bangun." Katanya dan menyeringai.
Jisoo menatapnya. "Bahkan dari tadi..." Dia menghisap puting Jennie yang mengeras. Erangan pelan keluar dari mulut Jennie saat dia merasakan panas familiar dari mulut Jisoo. Perlahan, Jisoo memasukkan miliknya ke dalam inti tubuh Jennie. "Kau baik-baik saja? Apa rasanya sakit?"
Jennie menggelengkan kepalanya dan mencium Jisoo, memberinya izin untuk melanjutkan. Jisoo mulai mendorong masuk dan keluar dengan pelan dari inti tubuh sang kekasih saat Jennie melingkarkan kakinya di pinggang Jisoo untuk memberinya akses.
Jennie membenamkan kepalanya ke leher Jisoo sambil menciumnya berulang kali. Jisoo mulai melakukan hentakan sedikit lebih cepat tetapi tidak cukup cepat baginya.
"Chu, lebih cepat lagi baby." Dan Jisoo menurut.
Jisoo semakin mempercepat hentakannya membuat Jennie otomatis memejamkan matanya karena nikmat. Dia mulai mendesah keras sementara memeluk Jisoo lebih erat saat dia merasakan kekuatan di kakinya mulai berkurang.
"Oh shit! Chu, jangan berhenti, aku akan sampai."
Hentakan semakin cepat dan tidak lama setelah itu, Jennie orgasme. Jisoo menggerakkan miliknya beberapa kali lagi sampai Jennie tenang dan kemudian menarik miliknya keluar dari inti tubuh kekasihnya.
"Tapi Chu, kau belum..."
"Tidak apa-apa. Mari kita keluar dulu lalu kita bisa lanjutkan." Jisoo mengecup bibirnya. Dia menutup keran air dan menarik Jennie keluar dari kamar mandi.
Jisoo lalu melepaskan tangannya dan menarik selimut menjauh dari kasur sebelum duduk di tepi.
"Kemarilah." Katanya sambil merentangkan tangannya, saat Jennie mendekat Jisoo langsung menariknya untuk duduk di pangkuannya menghadap ke arahnya. Setelah itu dia menarik selimut dan menyelimuti mereka.
"Aku mencintaimu Jennie-ah." Ucap Jisoo sebelum mengangkatnya untuk duduk di atas batangnya.
"Aku juga mencintaimu, Chu." Jisoo meletakkan tangannya di pipi pantat Jennie dan membuat kekasihnya bergerak di atasnya.
Saat Jennie tampak lelah, Jisoo memeluknya erat dan dia menggerakkan pinggulnya sendiri ke atas dan ke bawah, cepat dan keras.
"Oh shit! Chu yeahh... Terus ahhh, rasanya luar biasa!"
"Argh, Jennie-ah aku akan sampai."
"Tidak! Belum Chu, bersama-sama, aku juga ahh hampir sampai." Jisoo terus bergerak dengan kecepatan luar biasa membuat payudara Jennie turun naik saat Jisoo mencoba mengulumnya dengan mulutnya yang hangat dan basah.
"Jen, aku tidak bisa menahannya lagi." Dan setelah beberapa hentakan, dia cum bersama dengan sang kekasih tidak lama setelah itu. Jisoo ambruk di atas kasur dengan Jennie di atas tubuhnya.
"Chu, bisakah kita melakukannya lagi?" Tanyanya sambil mulai menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah lagi untuk membangunkan milik Jisoo. Tapi Jisoo hanya terkekeh dan mendorongnya menjauh. Jennie merasa sangat kecewa, pikirnya Jiaoo tidak akan menolaknya, tapi ternyata dia salah.
"Naik ke atas kasur, dengan posisi merangkak."
Okay, jadi tampaknya Jennie tidak salah. Dia langsung memekik kegirangan dan berlutut. Jisoo mendekatinya dan mulai mencium punggungnya dari pantatnya sampai lehernya.
"Apa kau begitu suka bercinta denganku?" Tanya Jisoo, menyeringai.
"Sudah kubilang aku merindukanmu dan aku sangat horny, jadi yeah." Jisoo mencium tengkuknya dan mendorong batang kerasnya lagi ke dalam miliknya.
"Oh shit! Aku suka saat kau memenuhi ku seperti itu." Jisoo memegang pinggang Jennie, menahannya saat dia mulai bergerak ke depan dan ke belakang. Salah satu tangan Jisoo bergerak lebih jauh dan mulai bermain-main dengan klitorisnya sementara yang lain meraih payudara Jennie.
*RING*
Tiba-tiba ponsel milik Jennie berdering dan Jisoo menggeram frustasi saat kekasihnya memintanya untuk memberikannya. Jisoo meraihnya tanpa menarik miliknya keluar. Dan ketika Jennie melihat ID penelepon, dia langsung mendorong Jisoo menjauh tetapi wanita itu tidak bergeming, dia bahkan memeluknya semakin erat dan melambat gerakannya.
"Jika kau melakukan sesuatu dan daddy mengetahui bahwa kita sedang bercinta saat aku sedang berbicara dengannya, aku akan membunuhmu." Jennie berkata dengan tegas dan yang dia dapat hanyalah senyuman nakal dari Jisoo.
"Halo daddy." Dan Jisoo terus bergerak di bawah sana.
"Hei princess, apa yang sedang kau lakukan?"
"Tidak ada, hanya menonton film bersama Jisoo." Dan Jisoo mendorong miliknya lebih keras dan lebih cepat membuat Jennie otomatis menggigit bibirnya untuk menahan desahannya. "Tapi d-dadyy bukankahhh... OH!.. pagi sekali... mmm.... d-di sanahh?"
"Hm, kenapa kau bicara seperti itu, apa yang terjadi."
Dan Jisoo menemukan G-spot-nya.
"Oh my God! T-tidak ada apa-apa dad, k-kami Oh shit!.. Baru saja menonton akh film thriller."
"Ahhh! Sekarang aku mengerti. Kau selalu takut saat menonton film semacam itu. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku sebenarnya tidak berada di Amerika saat ini. Aku di luar gedung apartemenmu."
Dan Jisoo membuatnya klimaks.
FUCKING SHIT!