"Jendeukie! Sayang, bangunlah." Jisoo mengguncang tubuh Jennie dengan pelan. Hari ini dia sudah merencanakan kencan yang indah dengan istrinya yang cantik di kota New York.
"Hmm, lima menit lagi." Gumam Jennie setengah tertidur.
"Tidak, sekarang. Ayo Jen! Bangun, BANGUN!" Jisoo setengah berteriak sambil mulai sedikit melompat di atas kasur.
"Diam Chu, aku ngantuk! Biarkan aku istirahat selama satu jam atau lebih. Nanti aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan." Jawabnya sambil menahan pinggang suaminya, mencoba menghentikannya.
"Kau tidak menyenangkan! Matahari sudah bersinar di luar, ayo keluar!" Kata si suami cemberut meskipun mata sang istri tertutup, tidak menatapnya.
"Chu, istrimu ini lelah dan butuh tidur. Jadi, biarkan aku tidur!" Teriaknya di bagian terakhir.
"Ok oke...tapi hanya satu jam. Setelah itu kita pergi keluar." Jisoo berbaring di samping istrinya, membiarkan Jennie meringkuk di pelukannya. Dia memiliki kebiasaan menjengkelkan, tidak bisa tidur lagi setelah dia bangun.
"Okay, sekarang apa yang harus aku lakukan selama satu jam?" Dia bergumam pada dirinya sendiri dan mencoba meraih ponselnya untuk memainkannya.
Sudah setengah jam dan karakternya sudah mati. "Game bodoh." Gumamnya pelan dan melemparkan ponselnya di sofa tidak jauh dari kasur mereka.
Dia menoleh untuk melihat istrinya yang tertidur berbaring di perutnya. Bagaimana bisa wanita ini bahkan semakin cantik dari sebelumnya?
Jisoo mulai membelai rambut Jennie dengan salah satu tangannya sementara yang lain bergerak menuju perut istrinya, mengusapnya dengan lembut. Dia tidak percaya bahwa dia akan memiliki anak bersama Jennie. Jisoo mulai membayangkan hidup mereka bersama dengan mini Jennie berlarian di sekitar rumah mereka. Anak mereka pasti akan sangat lucu! Dengan senyum gummy nya yang manis dan mata coklatnya yang indah.
"Yah!" Jisoo merasakan sakit di tangannya.
Apa yang—?
"Ouch!" Jisoo kesakitan lagi.
Apakah—matanya terbelalak saat menyadari apa penyebabnya.
"Omo! Jendeukie! Bangun!" Jisoo mulai mengguncang Jennie sambil tetap menahan satu tangannya di perut istrinya kalau-kalau putri mereka menendangnya lagi.
"Yah! Chu, apa kau tidak lihat aku sedang tidur? Dan berhenti berteriak." Ucap Jennie tanpa membuka matanya.
"Jennie sayang, kau tidak mengerti. Putri kita menendangku! Dia baru saja menendangku!" Jisoo berkata dengan bersemangat.
"Hentikan Chu, putri kita belum lahir bagaimana bisa dia—" Tiba-tiba Jennie tersentak. "Dia menendangmu?" Tanyanya dengan mata yang melebar.
Jisoo hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya.
"Ya Tuhan! Dia akhirnya menendang!"
Biasanya bayi menunjukkan tanda-tanda gerakan sedikit lebih awal dibandingkan anak mereka kita. Dokter Song bilang bahwa jika putri mereka tidak menunjukkan tanda-tanda apa pun dalam beberapa minggu ke depan, mereka harus mengunjunginya untuk melakukan tes dan memastikan semuanya baik-baik saja.
Tapi tampaknya anak mereka baik-baik saja!
"Chu, kenapa kau tidak membangunkanku?" Ucap Jennie dengan cemberut sambil memukul pelan dada Jisoo.
"Aku sudah mencoba Jen, tapi kau tidur seperti kayu."
"Yah!" Tamparannya menjadi lebih kuat.
"Maafkan aku sayang, tapi benar. Aku sudah mencoba mengguncang tubuhmu, mem—" Jennie tiba-tiba menutup mulut Jisoo sambil menyuruhnya diam.