Sahabat Unnie (4)

2.7K 293 28
                                    

Jisoo, aku hamil.

"A-apa?! Apa maksudmu?"

"Menurutmu apa maksudku? Kita berhubungan seks, kau punya sperma, kita akan punya anak."

Kami akan memiliki apa? Ya Tuhan, ya Tuhan!

"Unnie akan membunuh kita. Tapi seberapa yakin kau, Jen? Apakah kau melakukan tes?"

"Uh huh, dan aku membuat janji dengan dokterku, kita akan pergi ke sana sekarang."

"Oh my god."

***

Mereka berada di ruang tunggu menunggu nama Jennie dipanggil. Jisoo pergi berkeliling pada ibu hamil, bertanya pada mereka apakah mereka kesakitan atau jika dia bisa mendengarkan ke perut mereka. Jennie terkejut karena belum ada yang memukul Jisoo.

"Nona Kim Jennie."

Oh itu dia.

"Chu, ayo kita masuk ke dalam." Jisoo melambai pada salah satu wanita yang sedang duduk di sana dan mengikuti Jennie ke dalam ruangan dokter.

"Selamat pagi Nona Kim, apa kabar?"

"Selamat pagi Dokter Song, aku baik-baik saja terima kasih."

"Oh dan siapa kau nona muda?" Sang dokter berkata menatap Jisoo.

"Aku Kim Jisoo."

"Senang bertemu denganmu Jisoo. Jadi ada apa? Apa alasan kunjunganmu?"

"Uhm, haid ku terlambat dan aku melakukan beberapa tes kehamilan yang ku beli dan hasilnya positif."

"Oh! Aku sudah lama tidak melihatmu. Aku tidak tahu kau sudah punya pacar."

"Aku tidak..."

"Aku ayahnya!" Ucap Jisoo sambil senyuman terpampang di wajahnya.

"Hah?" Dokter Song sangat bingung dan Jennie tidak bisa menyalahkannya.

"Nona Dokter, hal itu sangat simple. Jennie punya vagina, aku punya penis, kami berhubungan seks, dan sperma ku membuatnya hamil. Mengerti?"

Oh Jisoo..

"M-mengerti. Well, kita akan mengambil beberapa darahnya untuk beberapa tes. Ini adalah cara yang paling akurat untuk mengetahui apakah kau hamil atau tidak."

Jennie mengangguk.

Dokter Song mengambil darah dan yang mengejutkan Jennie adalah bahwa Jisoo terus-menerus di sampingnya memegang tangannya.

"Hasil tes akan siap dalam beberapa hari, aku akan menelepon mu sehingga kau bisa datang dan membicarakannya."

"Oke terima kasih Dokter Song."

"Terima kasih dokter. Kami akan bertemu denganmu dalam beberapa hari." Kata Jisoo dan menjabat tangannya.

Setelah itu mereka meninggalkan ruangan dokter dan masuk ke mobil.

"Jennie-ah, apa yang akan kita katakan pada unnie?"

Aku benar-benar tidak tahu, pikir Jennie.

"Aku tidak tahu Chu, tapi mari kita tunggu hasil tes dulu ok?"

Jisoo mengangguk. "Tapi kita akan membiarkan bayi itu tumbuh kan? Aku janji aku akan menjadi orang tua yang baik. Aku tahu aku masih muda tapi aku mencintaimu dan aku akan mencintai bayi kecil kita dengan sepenuh hatiku."

Apa? Mengapa aku menangis? Jennie langsung menunduk, dia tidak ingin Jisoo melihatnya menangis ketika dia sendiri bahkan tidak tahu alasannya.

"Jennie-ah tolong katakan sesuatu." Jisoo memegang dagu Jennie dan memalingkan wajah itu ke arahnya. "Kenapa kau menangis? Gwencana, aku tidak akan memaksa mu, kita bisa melakukan apa pun yang kau inginkan, aku akan bersama dengan mu di setiap langkah--jalan mana pun yang kau putuskan untuk diambil."

Jennie kemudian menciumnya. "Kapan kau dewasa? Kau berbicara seperti kau seorang wanita berusia tiga puluh tahun--tempat aku bisa bergantung."

"Sejak aku tahu aku akan menjadi daddy. Dan tentu saja kau bisa bergantung padaku, begitu juga pangeran kecil kita."

"Pangeran? Aku sudah memiliki pangeran dalam hidupku, aku tidak butuh yang lain. Anak kita akan menjadi putri cantik yang menyukai pink seperti mommy-nya."

"Jadi kita akan membiarkan anak kita tumbuh?" Jisoo bertanya.

Jennie hanya mengangguk

"Ooh yeah!"

*RING*

Ponselnya berdering di tengah-tengah tarian perayaan noraknya jadi dia mengerucutkan bibirnya sebelum menjawab telepon. Jisoo tampak sangat manis di mata Jennie sehingga dia berharap anak mereka akan seperti Jisoo juga.

"E-eomma? Kenapa eomma meneleponku? Nde, aku lulus dua minggu yang lalu."

"Eomma ingin kami datang ke Jeonju? Kapan? Untuk berapa lama?" Jisoo berbalik dan menatap Jennie.

"Tapi itu dalam tiga hari!"

"Ya, ya, aku juga merindukanmu, tapi..."

"Apa?! Dua minggu?" Jisoo menatap Jennie lagi.

"Arraso, apa aku bisa membawa seseorang bersamaku?"

Bukan aku, kan?

"Jennie. Eomma ingat Jennie kan? Sahabat Irene unnie."

Aku akan membunuhnya.

"Ya Eomma, benar sekali."

"Aku akan menjelaskannya ketika kami datang ke sana, oke?"

"Okay aku juga mencintaimu. Sampai jumpa."

"Bye."

Jisoo mematikan telepon dan memasukkannya kembali ke sakunya.

"Apa yang telah kau lakukan Kim Jisoo?"

"Aku harap hasil tes akan keluar dalam tiga hari karena kita harus pergi ke Jeonju untuk membuat pengumuman besar."

OH SHIT!

Tbc...

Jensoo Multishots Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang