"Jendeukie... Jendeukie!!!"
Jennie mendengar Jisoo berteriak di sampingnya dan dia langsung duduk. Menatap suaminya, tampaknya Jisoo masih tidur, bersimbah keringat dingin.
"Aku di sini Chu, aku di sini. Bangun baby... Jichu." Ucapnya sambil mengguncang tubuh suaminya dengan lembut.
Setelah beberapa kali mencoba, Jisoo akhirnya sadar dan membuka matanya. Begitu mata keduanya bertemu, Jisoo menariknya ke dalam pelukan.
"Tidak apa-apa Chu, itu hanya mimpi."
"Terima kasih karena sudah datang untukku." Kata Jisoo pelan. Jennie melepaskan pelukannya untuk menangkup wajahnya.
"Tentu saja aku akan datang untukmu. Kau suami ku."
"Jendeukie, apa yang dia katakan itu tidak benar, kan?" Tanya Jisoo, matanya berkaca-kaca.
"Tentang apa, Chu? Apa yang dia katakan?"
"Bahwa kau mencampakkannya demi aku dan kau tidak mencintaiku dan aku hanyalah mainan seks bagimu."
"Apa?! Aku bahkan tidak mengenal psikopat itu! Dan Jisoo, tolong percaya padaku saat aku mengatakan aku sangat mencintaimu. Aku tidak akan menikah denganmu jika tidak mencintaimu."
"Tapi kenapa dia bilang dia mengenalmu?"
"Aku tidak tahu. Apa kau tahu namanya?"
"Nayeon, Im Nayeon."
"Dia keluar?!"
"Hah?" Ucap Jisoo bingung.
"Ada seorang gadis ketika aku masih di SMA, dia mengalami delusi dan terobsesi denganku. Dia mengira aku adalah miliknya dan dia selalu mengikutiku kemana-mana, aku benar-benar takut tetapi karena dia tidak melakukan hal buruk padaku, aku tidak memberi tahu siapa pun. Tapi semua itu menjadi tidak terkendali ketika aku punya pacar, dia melakukan hal serupa seperti yang dia lakukan padamu tetapi kami menemukannya dan pacarku waktu itu dilarikan ke rumah sakit. Dia trauma dan bunuh diri beberapa tahun kemudian sementara gadis itu dikirim ke rumah sakit jiwa."
"Oh my god!"
"Kalau aku tahu itu dia, aku pasti sudah menelepon polisi. Tapi bagaimana dia bisa menemukanku? Aku bahkan mengganti namaku dari Ruby menjadi Jennie." Katanya memeluk Jisoo disampingnya.
"Mungkin sebaiknya kita tinggal bersama ayahmu di L.A, dan melaporkannya ke polisi."
"Aku khawatir dia akan mengikuti kita dan kemudian dia akan tahu di mana rumah daddy juga."
"Kau benar, kita tidak bisa membahayakan daddy mu. Okay, jadi, kita akan membiarkan Ruka tinggal di sini bersama Chaeyoung dan Lalice dan kita akan pulang ke rumah dan berdoa agar dia cepat tertangkap."
"Mungkin lebih baik berpura-pura kita sudah berpisah agar dia berhenti mengganggumu sampai dia tertangkap."
"Tidak. Kita tidak akan pernah meninggalkan satu sama lain, apa pun yang terjadi."
"Tidak benar-benar berpisah Chu. Hanya sampai.."
"Tidak! Aku berjanji pada daddymu bahwa aku akan selalu menjagamu dan aku berencana melakukannya." Ucap Jisoo sambil bersandar pada kepala kasur, merajuk.
"Baiklah, maafkan aku Chu. Jangan marah padaku, hm?" Jennie mendekat padanya, mengusap pahanya. "Ayo kita tidur lagi."
***
"Appa! Bangun, appa!"
Jisoo membuka matanya dan langsung bertemu dengan mata kucing yang cantik milik Ruka, menatap tepat ke matanya.
"Selamat pagi princess. Mana ciuman appa?" Ucap Jisoo dan putrinya terkikik.
"Tidak ada ciuman."
"Apa? Tapi kenapa?"
"Mama bilang nafas appa bau di pagi hari." Kata Ruka sambil tertawa.
"Apa yang—" Jisoo segera menyerang putrinya dengan ciuman.
"Tidak!! Appa, hentikan!"
"Sepertinya kau sudah bangun." Suara Jennie membuatnya berhenti. Istrinya berdiri di ambang pintu menatap mereka dengan tangan bersilang.
"Putrimu baru saja mengatakan bahwa dia tidak akan memberiku ciuman pagi."
"Mulut Appa bau." Kata Ruka dan berlari ke arah Jennie.
"Lihat? Sekarang karena mu, putriku sendiri tidak mau menciumku selamat pagi." Jisoo berkata pada Jennie. Istri dan anaknya terkekeh.
Setelah itu Jennie membisikkan sesuatu kepada putri mereka dan Ruka mengangguk. Mereka mulai berjalan ke arahnya dengan wajah Jennie yang menyeringai.
"A-apa yang kalian lakukan?" Sebelum Jisoo menyadarinya, keduanya sudah berada di depannya dan menghujani seluruh wajahnya dengan ciuman.
"Apa ciuman itu cukup untukmu?" Tanya Jennie dan Jisoo mengangguk sambil tersenyum seperti orang idiot.
"Aku sangat mencintaimu...kalian berdua." Ucapnya dan Jennie tersenyum.
"Nde nde... Appa tahu? Umma mengizinkan ku menginap di rumah Pharita malam ini?"
"Oh ya? Appa yakin kau pasti sangat bahagia, kan."
"Uh huh! Sekarang bangun appa, semuanya sudah menunggumu di bawah untuk sarapan." Ucap Ruka dan mulai menarik Jisoo untuk bangkit dari kasur.
"Okay okay! Kalian berdua pergi dulu. Appa perlu menyegarkan diri sedikit dan setelah itu appa akan turun." Kata Jisoo. Ruka bangkit dan mulai menarik ibunya bersama. Jisoo masuk ke kamar mandi dan menyiramkan sedikit air ke wajahnya.
"Hei, Jisoo."
Dia menoleh ke luar pintu dan melihat Lalice di kamarnya.
"Aku benar-benar minta maaf, aku akan segera turun." Jisoo memberitahunya.
"Aku ke sini bukan karena itu. Aku hanya ingin melihat mu apakah kau baik-baik saja, dan kau tidak perlu khawatir. Aku akan menjaga Ruka dengan baik. Aku punya teman yang bekerja untuk polisi dan aku sudah memberi tahu tentang apa yang terjadi, Jennie juga membantuku memberi mereka informasinya, aku yakin Nayeon akan segera tertangkap."
"Terima kasih Lis."
"Jangan sungkan. Sekarang ayo pergi, keluarga kita sudah menunggu."
Keluarga... terdengar bagus. Kami satu keluarga besar.
tbc...