3. Nurdin

568 37 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Sebuah pertemuan singkat, tapi mampu membuatku terpikat."
MAMH-sipsipp06


Kringgg...

Bel istirahat berbunyi. Neisha segera merapikan alat tulisnya agar bisa segera memuaskan para cacing di perutnya yang asik berdisko ria.

"Udah, yukk!" Neisha menghampiri April yang sedang berdiri di ambang pintu menunggunya.

April mengangguk. "Sha! Jadi bareng nggak?" teriaknya kepada Shasa yang masih fokus mencatat materi.

Shasa mendongak. "Duluan aja, gue belum kelar nyatetnya!"

Mendengar jawaban Shasa, April dan Neisha segera menuju kantin.

"Lo mau pesen apa, Sha?" Neisha yang sedang memilih aneka makanan gorengan pun menoleh.

"Em.. soto aja, deh." April mengangguk.

"Lo mau beli ini ngga?" Neisha menunjuk aneka makanan tersebut.

Anggukan semangat Neisha dapatkan dari April. "Sate usus dua sama pangsit isi tiga. Bayarin dulu, ya!" jawabnya sembari menunjukkan cengiran khasnya.

"Gue pesenin sotonya dulu sekalian cari tempat duduk."

April segera berlalu setelah mendapat persetujuan dari Neisha. Namun baru selangkah berjalan, ia membalikkan badannya.

"Nurdinnya sekalian, jangan lupa!"

Neisha tersenyum meresponnya. Untung di penjual minumannya sedang lenggang. Jika dibandingkan, Neisha lebih memilih kerepotan membawa banyaknya pesanan April ketimbang berdesakan mengantri soto.

Setelah membayar makanan yang dibelinya, juga pesanan April, Neisha menuju stand penjual minuman.

"Mbak, nutrisari dua, ya!" pintanya kepada Mbak Sri, penjaga stand tersebut.

"Siap! Rasa apa, Neng?" tanya Mbak Sri sembari menyiapkan gelas yang akan digunakannya.

"Jeruk nipis."

"Pakai es?" Neisha mengangguk.

"Kalau pake plastik aja boleh ngga, Mbak? hehe.." Bukan bertanya, tapi lebih ke sedikit memaksa. Ingat ya, hanya sedikit. Nggak banyak.

SMA Bimasakti merupakan salah satu Sekolah Adiwiyata. Maka tak heran jika penggunaan plastik sebagai pembungkus makanan maupun minuman sangat diminimalisir. Dan sebagai gantinya, para murid diminta untuk membawa wadah sendiri dari rumah. Atau bisa juga memakai wadah yang sudah difasilitasi oleh sekolah. Namun mereka yang memakai wadah dari sekolah, harus mengembalikannya langsung setelah selesai makan maupun minum.

Mbak Sri menggeleng sembari terkekeh. "Boleh, asal bayar dua kali lipat."

Neisha sedikit mendesah kecewa mendengar syarat dari Mbak Sri. Namun baru saja Neisha membuka mulutnya, penuturan Mbak Sri membuat senyumnya seketika mengembang.

"Bercanda, Neng! Serius amat nanggepinnya." Mbak Sri terkekeh lagi. Kemudian mulai membuatkan pesanan Neisha.

Tak sampai tiga menit, nurdin pesanannya sudah jadi. Neisha terlebih dahulu mengeluarkan uang dari saku roknya dan memberikannya kepada Mbak Sri, karena tangan kirinya membawa sebuah wadah yang sudah penuh dengan berbagai macam makanan yang dibelinya tadi.

Me and My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang