6. Surat

395 27 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم


Jam menunjukkan pukul enam pagi. Tetapi Mashel sudah stand by di meja makan. Dan itu membuat Lisa menatap sang Anak curiga.

Tumben tumbenan Mashel jam segini sudah duduk anteng di meja makan. Sudah berseragam lengkap, pula. Biasanya, Mashel baru turun setelah jam enam lebih sepuluh menit.

"Tumben kamu udah siap, Shel?" heran Egra melihat putranya yang sudah meminum teh dengan santai.

Mashel mendengus.

"Cepet salah, kesiangan tambah salah! Herman akutuh!" celetuk Mashel setelah menyeruput tehnya yang tinggal sedikit.

"Ya lagian kamu, tumben banget jam segini udah tinggal berangkat," sahut Lisa yang berjalan menghampiri mereka dengan satu mangkuk besar berisi nasi goreng di tangannya.

Lagi dan lagi, Mashel mendengus mendengar penuturan orangtuanya.

"Kan udah mau jadi suami. So, harus dibiasain dari sekarang! Hehe..." ujarnya santai yang diakhiri dengan cengiran.

"Wo, ya, haruss!" sahut Egra yang membuat Mashel tertawa.

"Emang yang kamu bilang kemarin beneran? Bukan karena Uti, kan?" tanya Lisa memastikan ucapan Mashel.

Mashel terdiam. Pandangannya kini tertuju pada Egra dan Lisa secara bergantian. "Kalau yang aku ucapin kemarin beneran, apa kalian merestui?"

•°•°•°•


Di samping garasi, Mashel bertemu dengan sang Kakak yang baru turun dari mobil. Kemudian disusul suami dari Kakaknya itu yang menggendong keponakannya yang tertidur.

"Tumben baru jam segini udah mau berangkat?" tanya Vivi tanpa basa-basi.

Mashel menyempatkan diri untuk mencium pipi gembul Alesha sebelum mengambil motornya di garasi.

"Kalian juga, jam segini udah bertamu aja," balas Mashel menirukan gaya ucapan Vivi setelah berhasil mengeluarkan motornya dari garasi.

"Lo nggak liat suami gue yang ganteng ini rapi banget?" Mashel sontak mengalihkan perhatiannya pada Gilang. Dimana lelaki tersebut memakai PDL –Pakaian Dinas Lapangan, juga sepatu hitam mengkilap.

"Oh, dinas, Bang?" Gilang mengangguk.

"Sip! Pulangnya jangan cepet-cepet biar Al sama gue."

Sepasang suami istri itu kompak mencibir.

"Sini bentar, Bang!" Meski bingung, Gilang tetap berjalan mendekat.

"Tunggu Papa barumu ini pulang, ya, Al! Dadahh, sayang.." ucap Mashel sebelum menghidupkan mesin motornya.

"Makasih, Bang! Bye, Kakkk!" selepas mengucapkan itu, Mashel segera menancap gas sebelum mendengar amukan sang kakak yang bisa dipastikan lebih dahsyat karena tenaga pagi masih utuh.

"MASHEL! BERHENTI NGGAK, LO?!" teriak Vivi kesal.

"NANTI AJA, KAK! MASA DEPAN GUE LEBIH PENTING!" balas Mashel berteriak pula.

•°•°•°•


Neisha berjalan santai menuju ke kelasnya. Sesekali berhenti dengan badan yang sedikit dibungkukkan ketika berpapasan dengan guru. Hal itu Neisha lakukan sebagai bentuk hormat, dan menerapkan adab seperti yang telah ia ketahui.

Me and My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang