13. Jogja with its atmosphere

543 27 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Pakaianmu sesuai kadar rasa malumu dan rasa malumu sesuai kadar keimananmu. Semakin bertambah keimananmu, maka bertambah pula rasa malumu. Dan semakin bertambah rasa malumu, maka pakaianmu pun semakin tertutup."

•MAMH_sipsipp06•

"Pamit sama nenek dulu, yuk!" ajak Mashel menghampiri Neisha yang sedang memakai kaos kaki.

Keduanya kini sedang bersiap pergi ke pasar malam atas saran dari Arzan yang katanya lokasinya tak jauh dari rumah. Rencana tadi akan berangkat sore barengan dengan keluarga Mashel yang pulang ke rumah Uti. Tapi karena kedatangan Om Neisha yang tadi tidak hadir saat akad, jadilah Mashel dan Neisha menunda dahulu karena tidak enak jika ada tamu tapi malah ditinggal, apalagi tamu itu keluarga sendiri.

Selesai memakai kaos kaki, Neisha berdiri dan mengikuti langkah Mashel mendekati nenek yang sedang menonton berita di televisi.

"Nek.." Mashel jongkok di depan nenek yang ditanggapi dengan senyuman serta usapan di kepalanya.

"Mashel ijin bawa Neisha ke pasar malam, boleh?" ijinnya kepada nenek.

Nenek mengangguk. "Boleh.. pasti sekarang lagi seru-serunya karena pasar malam itu baru buka seminggu yang lalu."

Mashel tersenyum mendengar penuturan nenek.

"Sudah sholat maghrib?" Mashel dan Neisha mengangguk.

"Sudah, nek."

"Nanti pulang jam berapa? Jangan malam-malam," pesan nenek.

"Iya, nek. Insyaallah.." jawab Mashel.

"Oh iya nek, tadi Uti bilang kita disuruh nginap di rumah beliau setelah ke pasar malam. Boleh, nek?" tanya Mashel hati-hati.

Nenek tersenyum. "Iya, boleh.." jawabnya. "Sudah ijin Papa Mama?"

Mashel dan Neisha kompak mengangguk dan menjawab. "Udah, nek."

"Diizinin?" Lagi, keduanya mengangguk.

"Yasudah.. kalian hati-hati. Pakai motor atau mobil?"

"Motor, nek. Tadi motor Bang Gara ditinggal kok," jawab Mashel.

Nenek akhirnya mengijinkan keduanya cucunya itu untuk menikmati momen berduanya.

"Ada yang ketinggalan nggak?" tanya Mashel sebelum benar-benar menancapkan gas motor matic yang ditumpanginya itu.

Neisha menggeleng. "Enggak kayaknya, Kak.  Hp udah, dompet juga udah."

Mendengar respon Neisha, Mashel sedikit berdecak. Bukan itu yang ia maksud. Masalah dompet, sudah pasti ia yang bertanggungjawab walaupun Neisha sudah membawa sendiri. Namun pada akhirnya ia tetap mengangguk. "Pegangan," titahnya.

Namun Mashel tak merasakan bahwa Neisha telah melaksanakan perintahnya. Kemudian kepalanya menoleh ke belakang.

Decakan kecil keluar dari bibir Mashel. Tangannya bergerak mengambil tangan Neisha yang malah bertengger manis di besi pada jok belakang, kemudian menuntunnya agar melingkar di perutnya.

"Pegangan gini, Sha!" Mashel terkekeh kala Neisha sedikit berjingkat saat ia melingkarkan tangannya tersebut.

"Kakak ih, bikin kaget aja!" Tak sungkan, Neisha memukul punggung tegap Mashel.

Me and My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang