39. Perkara Mangga Muda

168 12 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Niat kita memang baik. Tapi belum tentu mereka menyambutnya dengan baik pula."
sipsipp06

•••

"Mas! Udah belum sih?" kesal Neisha seraya menghentakkan kaki layaknya anak kecil yang merajuk.

"Bentar, sepuluh detik." Mashel menoleh kemudian kembali menatap cermin

Siang  tadi Mashel mengajak Neisha untuk membeli kebutuhan rumah karena stoknya sudah habis. Dan sore ini, harusnya mereka sudah sampai di swalayan yang biasa mereka kunjungi.

Jika biasanya perempuan lah yang lama bersiap, maka untuk kali ini berlaku sebaliknya. Neisha sudah mencak-mencak dari setengah jam lalu. Bagaimana tidak?  Dirinya sudah siap tapi suaminya itu ternyata masih berleha-leha di sofa ruang tamu.

"Siapa suruh cepet, siapa juga yang lambat!" cibir Neisha kepalang kesal. Tidak tau saja bagaiman terburunya ia saat bersiap tadi.

Mashel terkekeh. Lelaki itu berjalan menghampiri Neisha yang sudah berdiri di di ambang pintu. Tangannya bergerak mengacak rambut yang baru selesai disisir.

Melihat itu, Neisha berdecak. "Apa gunanya sisiran kalo ujungnya diberantakin lagi!"

"Biar rapi lah."

"Mas tau tidak kalo jarum jam terus bergerak?"

Mashel mengangkat alisnya bingung. Namun akhirnya tetap menjawab. "He'em tempe," candanya yang membuat perempuan itu mendelik sebal.

"Waktu aku berharga, asal Mas tau!" sinis Neisha.

Mashel merangkul pundak Neisha dan mengiringnya keluar.

"Bentar-bentar!" Mashel kembali masuk ke kamar.

Lagi lagi Neisha berdecak. "Maass.." rengeknya.

"Parfumnya lupa!" ujar Mashel sambil menyemprotkan parfum ke beberapa titik badannya.

"Gausah banyak-banyak!" peringatnya tajam.

Tangan Mashel otomatis berhenti dan menggantung di udara masih dengan menggenggam botol kecil berbahan kaca itu.

Melihat istrinya yang memasang wajah garang, Mashel menurut.

"Kenapa nggak boleh banyak?" tanya Mashel saat sudah berjalan keluar apartemen.

"Parfum Mas tuh wanginya bikin candu. Kalo banyak pakenya, yang ada ciwi-ciwi pada untung!" ungkapnya.

"Belum lagi kalo ternyata itu malah ngundang syahwat mereka, dosa!"

Sebelum merespon ucapan sang istri, lebih dulu Mashel memfokuskan diri untuk mengeluarkan mobil dari basemen. Setelah di jalan, baru Mashel menjawab.

"Tapi tujuan aku kan nggak gitu. Biar nggak bau aja kalo deket orang lain." Mashel menoleh melihat Neisha yang memperhatikan ucapannya.

"Mas nggak bau kok," celetuknya jujur.

Mashel tertawa kecil mendengar itu. "Iya sih, kan aku selalu wangi!" ucapnya bangga.

"Dih, siapa bilang? Kalo pulang sore terus nggak langsung mandi, coba cium keteknya!" seloroh Neisha.

Mashel tergelak. "Terus, kudu gimana, Sayangg?" gemas Mashel mencubit pipi Neisha.

Me and My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang