23. Pacaran

316 13 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Jadi orang itu harus tegas dengan pilihannya."

"Ikutin kata hati kamu, dan bandingin dengan situasi serta kondisi saat itu. Mana yang menurut kamu lebih baik, ambil jawaban itu."

•Mashel•

•••

"Ish, mana sih? Katanya udah otw."

Seorang siswi yang masih setia berdiri di samping gerbang sejak 10 menit yang lalu itu menggerutu sebal.

Jemari lentik siswi tersebut bergerak lincah mengetikkan sesuatu di atas layar benda pipih di tangannya.

Tak lama kemudian, sebuah mobil putih berhenti tepat di depannya.

Kepala Neisha mendongak, menatap tajam si pengemudi yang tak lain adalah suaminya –Mashel.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan gedung tersebut.

Mashel melirik gadisnya yang meletakkan kasar ponselnya.

"Kenapa, hm?" tanya Mashel lembut. Tangannya yang nganggur bergerak mengusap kepala gadis itu.

"Mati," jawab Neisha singkat.

"Hah? Apanya yang mati, Sha?" tanya Mashel tak mengerti.

Neisha mendengus. "Ponsel."

"Gara-gara Kakak sih, datengnya lama!" lanjutnya mendesis pelan tapi tajam.

Mashel menatap gadisnya dengan rasa bersalah.

"Kan udah minta maaf, sayang. Jangan ngambek yaa?" pinta Mashel mengelus punggung tangan gadis itu kemudian mengecupnya beberapa kali.

"Maaffin aku, sayang.. tadi Mama telepon katanya kita disuruh ke sana. Jadi aku jawab dulu. Eh nggak taunya kelewat jam." Mashel menjelaskan alasan kenapa ia terlambat menjemput dan membuat gadisnya itu menunggunya lumayan lama.

"Hmm," gumam Neisha sambil mengangguk.

"Dimaafin?" Lagi, Neisha mengangguk.

"Pinjem ponselnya tapi," lanjut gadis itu.

Dengan senang hati Mashel memberikannya.

"Kak!" panggil Neisha nge-gas.

Mashel menoleh, sedikit terkejut. "Kenapa, sayang?"

"Dih, gausa sayang sayangan!" sergah Neisha.

Dahi Mashel mengerut. Bingung dengan tingkah tiba-tiba gadisnya.

"Kakak chat-an sama cewek dibelakang aku, ya?!" todong gadis itu dengan muka memerah.

"Astaghfirullah, engga Shaa. Serius enggak." Mashel menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Terus ini apa?" Neisha menunjukkan room chat Mashel dengan seseorang dengan kontak bernama Shasaa yang dibelakangnya ada emot berwarna putih.

Mashel membacanya sekilas sebelum kembali fokus menyetir.

"Nggak kenal sama tulisan pesannya?" Mashel berusaha menyembunyikan tawanya.

"Nggak!" jawab Neisha ketus.

"Yakin? Coba baca lagi. Sekali aja deh," pinta Mashel.

Dengan ragu, Neisha membaca beberapa pesan tersebut.

Me and My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang