16. Syulit

359 21 3
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Orang yang sholatnya tepat waktu pasti akan memanfaatkan waktu dengan baik."


2,5 bulan berlalu..

Tak terasa, usia pernikahan Mashel dan Neisha hampir memasuki bulan ke-3.

Seperti pelajar pada umumnya. Mashel dan Neisha menjalankan aktivitas belajarnya seperti biasa saat sebelum menikah.

Bedanya, tugas Neisha bertambah karena statusnya yang sebagai istri. Namun hal itu tak lantas membuat Neisha keteteran dalam urusan sekolah maupun pekerjaan rumah karena Mashel selalu membantunya.

Seperti saat ini, sepasang suami istri itu bekerjasama membereskan rumah. Pada hari libur, mereka memanfaatkan waktu selain untuk istirahat, juga mengurusi rumah.

Walaupun apartemen tersebut bisa dibilang kecil, namun pekerjaan tetap terbagi agar cepat selesai. Seperti saat ini. Mashel menyapu serta mengepel lantai, sedangkan Neisha mencuci baju dan peralatan masak setelah sebelumnya barang-barang tersebut sudah ia gunakan.

Mereka selesai dengan semua itu saat jarum jam menunjukkan pukul 9 pagi.

"Kakak dulu gih yang mandi. Aku masih gerah," ujar Neisha sambil berjalan mendekati kipas angin dengan tangan yang bergerak lihai membenarkan jedaian rambutnya yang sudah berantakan.

Mashel menghampiri Neisha dengan sebotol air dingin di tangannya.

"Nanti dulu, masih gerah juga," jawabnya sebelum meneguk air dingin tadi.

Mashel menawarkan minuman itu kepada Neisha, yang langsung diambil gadis itu kemudian meminumnya tanpa merasa jijik walau satu botol yang sama.

"Makan dulu aja gimana, Kak?"

Mashel mengangguk. "Boleh. Manfaatkan waktu yang luang!" jawabnya yang membuat Neisha menepuk pelan pahanya itu.

"Tertib banget ih, Kak! Segala pake kata bijak," sahut Neisha sambil berlalu ke dapur untuk mengambil makan.

"Ya itu emang harus! Seperti quote yang sering orang denger, orang yang sholatnya tepat waktu pasti akan memanfaatkan waktu dengan baik." Mashel mengulang isi quote yang pernah dibacanya.

"Tapi aku kadang gak tepat waktu," sahut Neisha dari dapur.

"Eh- lumayan sering, sih!" ralatnya lalu terkekeh miris.

"Maka dari itu, mulai sekarang ditepatin." Mashel menyahut.

Beberapa menit kemudian, Neisha kembali dengan sepiring nasi beserta sayur dan lauk pauknya seperti biasanya. Selain ngirit cucian, juga karena itu sudah menjadi kebiasaan mereka saat makan di waktu santai, sepiring berdua dan dengan sendok yang sama. Biar romantis seperti kisahnya Nabi, kalau kata Mashel.

Mashel memindahkan kipas angin tersebut agar lebih dekat dari sofa. Setelah dirasa posisi kipas tersebut pas dan anginnya sampai ke tempat dimana Neisha duduk, barulah Mashel mendudukkan diri di sebelah istrinya itu.

"Aaa.." Mashel melahap nasi dari sendok yang Neisha suapkan. Setelah itu barulah Neisha menyuapi dirinya sendiri. Seperti itu sampai makanan di piring habis tak tersisa.

"Sini aku aja," cegah Mashel lalu mengambil alih piring kotor tersebut untuk dicuci saat Neisha akan beranjak.

Neisha mengangguk menurut. Membantah pun rasanya juga tak berguna karena lelaki itu suka seenaknya dalam urusan begitu. Neisha juga paham dengan salah satu sifat suaminya itu. Mungkin maksudnya tidak ingin menyusahkan dan membuat dirinya lelah, walaupun hanya mencuci satu piring dan satu sendok saja.

Me and My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang