19. Pengen Makan

295 13 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Perasaan perempuan itu emang sensitif, lebih peka, dan lebih lembut hatinya dari pada laki-laki."

•Mashel•

•••

"Nanti kalo udah selesai kelas, kabarin aku."

Neisha mengangguk. Kemudian tangannya terulur untuk mencium tangan Mashel dengan cepat kilat sebelum orang lain melihat adegan tersebut.

Seperti biasa, jika mereka berangkat bersama, maka sampai disekolahan belum ada jam setengah tujuh.

Mashel berjalan menuju kelas duluan setelah mengacak kepala Neisha.

"DOR!"

"Allahuakbar.."

Neisha memekik terkejut.

"Ehehe sorry, emang itu tujuan gue," ringis April kemudian tertawa kecil karena berhasil membuat Neisha kaget.

Neisha menatap April tajam, dan sang empu hanya nyengir sembari merangkul pundaknya.

"Tatapan lu ngeri amat, ya Allah.." April menjauhkan badannya seketika.

Neisha akhirnya tertawa. "Tumben berangkat pagi?"

Lagi dan lagi April hanya nyengir. "Simulasi jadi anak rajin!" celetuknya.

Neisha memutar bola matanya mendengar ucapan teman sebangkunya itu.

"Sendiri?" tanya April yang membuat Neisha menatapnya.

Dahi gadis itu bergelombang. "Maksudnya?"

"Kali aja lo bareng siapa gitu berangkatnya."

Deg

Neisha bungkam seketika.

"Gue gak liat motor lo. Padahal gue udah ada niat parkir di tempat biasa lo parkir," lanjutnya kemudian.

Dalam diam, Neisha bernapas lega. "O-oh itu.. gue.. bareng hehe.." Neisha terkekeh garing.

April mengerutkan keningnya. "Bareng? Bareng siapa?"

Bola mata Neisha melirik tak tentu. "Hah? Bareng s-sodara gue." Neisha berusaha menjawabnya dengan nada biasa.

"Udah ih. Gue mau nanya tugas sama lo ini!" Neisha segera menarik pelan tangan April serta mengalihkan pembicaraan kala temannya itu menatapnya curiga.

•°•°•°•


Jarum jam menunjukkan pukul setengah 5 sore. Mashel baru saja keluar dari kamar mandi.

Pemandangan pertama yang ia lihat adalah gadisnya yang tengah duduk melamun di meja belajar.

Langkah tegapnya menuntun agar mendekati si gadis. Diusapnya kepala berambut sepunggung itu dengan lembut.

"Ngelamunin apa dari tadi belum selese-selese, hm?"

Neisha sedikit tersentak. Kemudian ia tersenyum tipis sembari menggeleng.

"Sini ikut aku," Mashel menuntun Neisha menuju kasur.

"Mau cerita?" tawar Mashel mengelus kepala Neisha dengan posisinya yang jongkok di depan gadis yang terduduk di pinggiran kasur itu.

Me and My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang