15. Gegara Dasi

460 22 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Perlakukan orang terkasihmu sebagaimana ibumu memperlakukanmu dengan penuh kasih."

•Mashel•


"Dadahh, Al!" Neisha melambaikan tangannya pada Alesha yang dibalas dengan lambaian kecil oleh bocah tersebut.

Pagi ini, pasutri muda itu akan pindah ke apartemen yang Mashel tinggali.

"Kak, kita akan tinggal di sana terus?" tanya Neisha setelah mobil mulai berjalan meninggalkan rumah yang baru semalam Neisha tinggali.

Mashel menoleh. "Iya. Gapapa, kan?"

Neisha menggeleng. "Gapapa, Kak.. aku ikut kemanapun Kakak tinggal," jawabnya kemudian tersenyum.

"Berarti kalo aku tinggalnya di hutan, kamu juga ikut?" canda Mashel.

"Ya, kalo emang iya, apa boleh buat. Kan kewajiban istri taat pada suaminya, yang berarti dia akan ikut dengan suaminya dimanapun beliau tinggal." Neisha menjawab yakin.

Mashel mengusap kepala Neisha. "Pinter! Istri siapa, sih?"

Neisha mendengus dibalik pipinya yang memerah.

"Ciee pipinya merahh.." Mashel menoel pipi Neisha yang membuat sang empu memalingkan wajahnya ke jendela samping.

Beberapa detik kemudian, Neisha menoleh ke Mashel setelah menyadari sesuatu.

"Kak."

"Hm?" Mashel menoleh sekilas.

"Buku aku kan di rumah Papa, sama baju-bajunya juga. Minta tolong mampir ambil bentar, yaa?" pintanya kepada Mashel.

"Iya. Tanpa kamu minta tolong pun aku juga mau mampir dulu ke rumah Papa," jawab Mashel seraya membelokkan mobilnya masuk ke perumahan tempat Neisha tinggal sebelum menikah dengannya.

"Kok Kakak hafal banget, ya, jalannya?"

"Jangan-jangan..." Neisha memicingkan matanya curiga.

"Jangan-jangan apa? Ya, harus hafal, lah!" jawabnya sembari melepas seat belt. "Sama rumah mertua masa nggak hafal!" lanjutnya mencubit pipi Neisha gemas.

"Ish, sakit tau, Kak!" Neisha mengusap pipinya yang dicubit Mashel.

Pelakunya malah tertawa. "Utututu sakit, ya? Mau dicium biar sakitnya hilang, nggak?" tanya Mashel mengusap pipi yang merah tersebut dengan tersenyum jail.

Dengan cepat Neisha menurunkan tangan Mashel dan segera turun dari mobil.

"Modus," ucapnya sebelum pintu mobil ia tutup.

Keduanya berjalan beriringan dengan sebuah paper bag titipan Lisa di tangan Neisha.

Setelah mengucapkan salam dan mendapat sahutan dari dalam, keduanya masuk dan disambut hangat oleh Laras yang baru akan pergi ke toko bajunya.

"Aduh, maaf ya, Mama lagi buru-buru tadi ditelpon Mbak Yas. Katanya toko lagi butuhin Mama." Laras berkata dengan rasa bersalah seraya menerima paper bag tersebut.

Kemudian Mashel menjawab bahwa mereka tak apa. Setelah itu, barulah Laras keluar untuk melanjutkan niatnya yang tertunda.

"Assalamu'alaikum.." ucap keduanya begitu memasuki kamar Neisha.

Me and My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang