بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
'Rasa' itu ibarat sebilah pisau. Tergantung bagaimana kita menggunakannya.
MAMH by sipsipp06
•••
Prosesi pemakaman sudah selesai sejam yang lalu. Neisha beserta keluarga besarnya kini berkumpul di kediaman Sang nenek ketika beliau masih hidup. Tak terkecuali Lisa -mamanya Mashel. Lisa datang sendirian bersama kakak dan iparnya Mashel, karena Egra -papanya Mashel kebetulan sedang di luar Jawa mengurusi pekerjaannya sejak seminggu yang lalu. Namun begitu pemakaman selesai, Vivi dan suaminya langsung pulang.
Jangan tanyakan dimana Mashel. Sudah pasti tau jawabannya.
Ya.. hubungan sepasang suami-isteri itu memang belum baikan. Bahkan hadir di hari terakhir nenek istrinya sebelum disemayamkan pun tidak.
Sungguh, hasutan setan memang susah untuk dilawan. Hanya dengan keteguhan iman dan hati yang bisa mengalahkannya. Disaat seperti ini ketika logika dibandingkan dengan perasaan, maka perasaan lah yang lebih dominan. Oleh karena itu, pandai-pandailah dalam memelihara perasaan.
Ibarat kata, sebuah rasa itu bagaikan pisau. Tergantung bagaimana si pemilik menggunakannya. Jika hati-hati, sedikit kemungkinan tangan akan tergores. Begitu juga sebaliknya. Kalau si pemilik pisau menggunakannya tanpa hati-hati, maka potensi tangan tergores semakin besar.
Begitu juga dengan perasaan. Kendalikanlah perasaan yang ada dalam hati kita itu dengan menahan hawa nafsu.
"Sayang, udah ya.. nenek udah tenang di sana," tutur Arzan kepada putri semata wayangnya.
Dalam dekapan Arzan, Neisha menggeleng sambil terus terisak.
"Ne-nek pa-pahh.. hikss.." racau Neisha terus menerus.
Sudah seribu kata penenang Arzan ucapkan untuk menenangkan Neisha. Namun nihil, perempuan itu masih terisak hingga saat ini.
Siapa yang hatinya tidak hancur saat ditinggalkan oleh orang tersayang? Bukan hanya sementara, tetapi selamanya.
Siapa yang tidak sedih ditinggalkan orang yang sudah membersamai sedari kecil hingga mengajarinya agar bisa belajar berjalan tanpa takut jatuh?
Neisha rasa tidak ada yang tidak sedih.
Sedari bayi hingga berumur lima tahun, Neisha hidup bersama nenek dari pihak ayah -tak lain adalah wanita renta yang telah meninggalkannya beberapa jam lalu. Sebab pekerjaan Arzan dan Laras dahulu yang menjabat sebagai pegawai kontrak, membuat mereka mau tak mau menitipkan putrinya bersama orangtuanya. Karena saat itu yang paling dekat tempat tinggalnya adalah nenek -ibu dari Arzan- jadilah Neisha dititipkan selama Laras bekerja hingga pulang.
Dari kejauhan, Lisa yang melihat menantunya tak berhenti menangis merasa iba. Laras -Sang besan, juga tak kalah histeris. Namun sekarang sudah bisa tenang dan sedang beristirahat di kamar.
Lisa berjalan mendekati ayah dan anak itu. Dengan memberi kode lewat tatapan dan sedikit gerakan isyarat, akhirnya Lisa bisa mengambil alih posisi Arzan sebagai senderan Neisha.
Dibelainya kepala Neisha dengan sayang, sebelum mulai berucap.
"Neisha sayang.. sudah, ya, nangisnya. Nenek udah tenang di sana." Lagi, Neisha mendengar kalimat yang sama namun dari orang yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Hubby
Short Story"Ngaji apa?" "Ngaji kitab." "Kitab apa?" "Yakin nih, mau tau?" "Iyaa." "Udah hampir selese kitab Fathul-" "Kayak nggak asing," Mampuss! Itu kan kitab... Arghh! Malu banget Ya Allah •Romansa - Spiritual• °PejuangHalal° °°° Start : Oktober 2022 Fin...