chapter 41

114 19 0
                                    

Haku yang memeriksa tangan tuan yama hanya bisa menggeleng pelan. "Aku tidak ahli racun, tapi seharusnya masih bisa diobati. Hanya saja aku tidak membawa obat untuk jenis luka separah ini." Balas gadis berambut merah itu lagi. " Kita harus segera kembali ketempat dimana bahan obat lengkap."

"Terimakasih atas pengobatan mu." Balas tuan Yama sopan sebelum melihat senior Yi dan yang lainnya. Yomaru telah menceritakan semua yang selama ini terjadi pada mereka. "Kita harus segera pergi dari sini, tapi kita harus menemukan bocah pemindah itu dulu." Ujarnya.

Sensei Haruka mengangguk setuju sebelum menghela nafas gelisah. "bagaimana bisa Ryu mencari kami? Kami sama sekali tidak bertemu dengannya." Ucapnya khawatir. "Aku akan mencarinya." Ujar sensei Haruka, ia merasa lebih baik setelah pengobatan dari Haku.

"Aku juga ." Ujar senior Yi kemudian.

"Aku ikut juga." Ujar Hachiro.

Senior Yi bahkan tidak repot- repot melirik. Ia hanya melangkah pergi duluan.

"Maka kami berempat akan menunggu disini." Balas sensei Noki. Sepertinya ada sesuatu yang harus dibereskan beberapa orang.

*****
Myori dan yang lainnya mencapai hutan Sirus hanya dalam beberapa detik, gadis itu mengeryit agak terkejut. Nona Zura tampaknya memang telah mengenal hutan itu sebelum dirinya, ia tidak terkejut sepertinya saat pertama kali melihat hutan sirus, Myori melihat Amary yang agak terkagum - kagum dengan pemandangan ajaib disekitarnya.

Setelah membaringkan sensei Giwa di rumah istirahat, Amary dan Myori keluar. Karena orang- orang sedang sibuk mengobati nona Zura dan sensei Giwa, Myori segera berlari ke arah telaga suci diikuti Amary dengan penasaran. Amary melihat dengan bingung Myori yang begitu antusias meminum air dan merendam tangannya yang berdarah. Tapi setika melihat luka berdarah di tangan Myori secara ajaib hampir sembuh, Amary segera melotot kaget. "Bagaimana mungkin ada air yang lebih ajaib dari obat sihir?" Gumamnya agak kaget.

Myori hampir tersedak, ia lupa Amary belum pernah datang kehutan Sirus sebelumnya." Makanya, jangan menyia- nyiakan air ini. Ini terlalu berharga." Ujar gadis itu sambil memasukkannya kedalam sebuah botol dan menyimpannya seperti harta.

"Kau nampaknya sangat mengenal tempat ini."gumam Amary curiga.

"Ah?" Myori sedikit terkejut. Apa terlihat sekali? Gadis itu kemudian tertawa." Bukannya aku bilang sudah pernah kesini sebelumnya?"

Amary mengangguk, gadis berambut coklat itu memang pernah bilang begitu sebelumnya. Ia kemudian mengikuti Myori minum air dari telaga itu, ia agak haus juga. Saat air dingin itu mengalir di tenggorokannya, matanya tampak agak terkejut. Memang air yang sangat menyegarkan melebihi air biasa, rasa lelahnya seketika hilang begitu saja, ia kemudian mengambil beberapa teguk lagi, sebelum berbalik kearah nona Zura yang datang bersama sensei Giwa. Ia segera berdiri disusul Myori.

"Aku berencana untuk pergi bertiga saja, tapi dia memaksa ikut." Gumam nona Zura menoleh kearah orang disampingnya.

Sensei Giwa terlihat pucat dengan tangan yang diperban agak tebal. "Aku baik- baik aja." Gumam wanita itu tidak memberikan ruang untuk Myori dan Amary menolak. "Tapi takutnya perjalanan kita akan sedikit tidak mudah karena aku tidak bisa membuat portal  lagi, mereka menyegel kemampuan ku."

Nona Zura menepuk bahu wanita itu. " Tidak masalah, kita hanya memerlukan portal sekali saja, makhluk kerdil dari hutan ini bisa melakukannya dengan mudah."

Amary dan Myori hanya bisa mengangguk. Sebenarnya mereka lebih berharap guru cantik ini istirahat di hutan sirus saja.

"Jadi apa rencana kita sekarang?" Tanya sensei Giwa kemudian.

MYORI STORY (END)🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang