Masa Lalu

1.4K 149 20
                                    

Flashback on :

Malam itu, hujan turun sangat deras. Jalanan malam itu terlihat lumayan sepi karena hujan. Di jalanan yang basah itu, terlihat ada mobil yang melaju kencang. Di dalam mobil itu, terlihat ada sepasang suami istri yang tengah panik karena sebentar lagi, putra mereka akan lahir. Sang suami mengendarai mobil itu dengan kencang, sedangkan sang istri terlihat sangat kesakitan sambil memegangi perutnya yang besar itu. Sesekali sang istri menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan guna menahan sakit di perutnya.

"Sayang, kamu yang sabar, ya? Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit", ucap sang suami.

"Iya, mas", ucap sang istri.

"Sabar sebentar ya, sayang.. bunda sebentar lagi ajak kamu lihat dunia. Sebentar lagi kita akan bertemu", ucap sang istri sambil mengelus perutnya lembut.

Sang suami yang sedang menyetir itu pun menolehkan kepalanya menatap sang istri yang tengah berbicara pada calon putranya itu. Ia lalu melepas salah satu tangannya untuk mengelus bahu istrinya dengan lembut. Ia lalu kembali fokus menyetir. Ia harus segera membawa istrinya ke rumah sakit. Istrinya dan putranya itu harus selamat.

"Tiffany, dia itu putra kita yang baik. Dia pasti ngga akan biarin bundanya kesakitan lama-lama. Putra ayah ini pasti pintar keluarnya. Jangan bikin bundanya sakit lama-lama ya, nak. Sebentar lagi ayah akan gendong kamu dan cium kamu. Ayah sudah tidak sabar ingin cepat-cepat bertemu sama adek", ucap sang suami sambil menyetir.

Saat sampai di rumah sakit, mereka langsung disambut oleh beberapa rekan medis dan dokter kandungan. Setelah bayi itu lahir, laki-laki yang kini sudah menjadi ayah itu segera menggendong bayi yang keluar dari perut istrinya. Ia terlihat bahagia sekali melihat putranya untuk pertama kalinya. Ia lalu mencium putranya dan membisikkan sesuatu pada putranya itu. Ia bahkan menangis bahagia saat mendengar suara bayi itu menangis kencang. Ia bahagia karena suara itu adalah suara milik putranya. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi. Suara putranya yang menangis itu membuatnya terharu. Ia kini sudah menjadi ayah.

"Selamat datang, sayang.. ini ayah. Ayah senang sekali putra ayah ini sudah lahir. Putra ayah ini tampan sekali", ucap laki-laki itu.

Sang istri tampak tersenyum senang melihatnya.

"Biarkan aku menggendongnya, mas", ucap sang istri.

Laki-laki itu pun memberikan putranya pada istrinya itu.

"Lihat, dia tampan sekali. Putraku ini tampan sekali seperti ayahnya", ucap sang istri.

"Dia juga punya mata yang cantik seperti bundanya", ucap sang suami.

"Kamu mau beri dia nama siapa?", ucap sang istri.

"Aku namai dia Jevano Devanka Arsyanendra. Boleh, kan? Nanti kita bisa panggil dia Jeno", ucap sang suami, yang diketahui bernama Devan.

"Bagus sekali. Tentu saja boleh. Kamu itu kan ayahnya. Jeno, terima kasih sama ayah, ya? Ayah kasih nama Jeno bagus banget. Terima kasih, ayah. Sudah kasih nama yang bagus buat Jeno", ucap Tiffany sambil tersenyum dan mencium wajah kecil bayinya.

"Tapi bagaimana dengan orang tuaku, mas? Kita sudah tanda tangani surat itu. Aku ngga siap kalau harus cerai sama kamu", ucap Tiffany.

"Tidak, Tiffany. Orang tuamu mana tega membiarkan cucunya kehilangan salah satu orang tuanya?", ucap Devan.

Dua hari setelah pulang dari rumah sakit, mereka merawat bayi mereka sendirian. Hanya ada bi Surti dan pak Fery di rumah besar milik Devan. Saat itu, Tian belum ada di rumah itu karena Devan belum membutuhkan seorang supir. Suatu malam, bayi yang baru berusia beberapa hari itu tiba-tiba saja menangis tanpa mau berhenti. Bahkan bayi itu terbatuk dan suara nafasnya terdengar menakutkan. Mereka dibuat khawatir karena bayi itu terlihat tersengal-sengal. Wajah, bibir, serta kukunya terlihat pucat membiru.

Peluk Aku, Bunda√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang