Tadi itu bunda

1.7K 166 25
                                    

Di depan halaman rumah Mahesa, terlihat ada mobil yang terparkir. Sepertinya, itu bukan mobil milik Mahesa. Itu adalah mobil milik mertuanya yang sedang berkunjung ke rumahnya. Kini mertuanya sedang berada di ruang tamu, duduk bersama dengan istri dan anaknya. Namun, Mahesa tidak bisa menyambut kedatangan mertuanya itu karena masih ada pekerjaan di kantornya. Hanya Tiffany dan Mahen yang ada di rumah itu.

"Aduh, cucu uti kok tambah ganteng aja sih sekarang. Gimana sekolahnya tadi, sayang?", ucap mamah Tiffany pada sang cucu.

"Biasa aja, sih", ucap Mahen.

"Biasanya Mahen habis pulang sekolah langsung pergi lagi buat main, mah. Tapi hari ini sengaja di rumah ngga kemana-mana buat nyambut uti sama akungnya yang main ke rumah", ucap Tiffany.

"Emm, bener bagitu, Mahen?", ucap mamah Tiffany.

"Iya", ucap Mahen.

"Mahen, kamu ngga perlu khawatir. Uti sama akung akan sering main ke sini, kok. Tapi besok-besok giliran Mahen yang main ke rumah uti sama akung, ya? Uti sama akung biasanya kesepian di rumah. Uti sama akung akan senang sekali kalau ada cucu yang main ke rumah. Nanti uti masakin banyak makanan kesukaan Mahen. Nanti Mahen juga akan diajak pergi mancing di kolam belakang sama akung. Biar ngga mainnya gadget terus", ucap mamah Tiffany.

"Iya, uti", ucap Mahen.

"Mahen, akung sama uti beliin kamu sepatu baru, loh", ucap papah Tiffany.

"Ah, iya! Uti sampai lupa gara-gara saking senengnya ketemu kamu. Nih, sepatunya dicoba dulu, pas ngga? Nanti kalau kurang nyaman dipakai, uti ganti pakai nomor sepatu yang baru lagi", ucap mamah Tiffany sambil membuka kotak sepatu dan mengeluarkan sepatu lalu menyerahkannya pada Mahen.

Mahen lalu mencoba memakai sepatu pemberian akung dan utinya itu.

"Gimana? Suka ngga sama sepatunya?", ucap papah Tiffany.

"Suka, kok. Ngepas juga. Makasih ya akung, uti..", ucap Mahen.

"Sama-sama, sayang", ucap mamah Tiffany sambil mengelus rambut kepala Mahen dengan lembut.

"Diminum dulu tehnya, mah, pah.. Tadi aku juga sudah masak buat makan siang kita sama-sama. Tapi mamah sama papah malah datangnya sorean", ucap Tiffany.

"Wah, terima kasih ya, sayang. Mamah juga kangen makan masakan kamu. Iya, tadi ada problem di jalan jadinya agak telat ke sininya", ucap mamah Tiffany.

"Problem apa, mah?", ucap Tiffany.

"Nanti saja mamah ceritain", ucap mamah Tiffany.

"Masakan bunda emang enak, uti. Itu pasti karena uti yang ngajarin, kan?", ucap Mahen.

"Iya, dong. Uti yang kasih resepnya dan ngajarin bunda masak. Tapi bunda sekarang masaknya bisa macam-macam. Ngga kayak uti yang cuma bisa masakin menu masakan rumahan saja", ucap mamah Tiffany.

"Tapi walaupun begitu, masakan uti sampai sekarang ngga pernah bosenin. Makannya akung lebih suka makan di rumah daripada di luar", ucap papah Tiffany.

"Hahahaha, iya akung tuh kalau uti ngga masak sehari saja sudah galau. Biasanya kalau uti lagi males masak kan uti beli sayur di warung-warung depan dekat rumah uti. Tapi akung pasti ngomel-ngomel kalau uti beli. Padahal kan sekali-kali ngga pa-pa", ucap mamah Tiffany.

"Mahen, makan dulu, yuk? Papah sama mamah juga, yuk? Aku sudah siapin dari tadi, takut keburu dingin makanannya", ucap Tiffany.

"Iya, yuk sayang. Nanti habis itu baru makan kue sus, nih. Uti bawain buat Mahen. Ini kan kesukaan Mahen. Uti sengaja pesenin ke temen uti khusus buat Mahen", ucap mamah Tiffany sambil membuka kotak box berisi kue sus yang ia bawa untuk Mahen.

Peluk Aku, Bunda√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang