Marahan sama Ayah

1.4K 139 65
                                    

Di tangga mewahnya, terlihat seorang remaja tampan pemilik senyum bulan sabit tengah berjalan menuruni tangga hingga sampai ke lantai dasar rumahnya. Sore itu, ia terlihat nampak kacau. Saat ia berpapasan dengan pembantunya yang sedang membawa keranjang pakaian berisi pakaian jemuran yang baru saja diangkat, remaja itu sama sekali tidak menyapanya seperti biasa. Ada apa dengan remaja itu? Apa dia sedang ada masalah?

"Jeno..", panggil bi Surti.

Jeno tidak menghiraukan panggilan bibinya itu. Ia terus melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya dan menutup pintu depan rumahnya dengan keras.

Brakkk!!! (suara pintu depan teras rumah ditutup keras oleh Jeno hingga membuat bi Surti terkejut)

"Astaghfirullah, Ada apa ini?! Kenapa Jeno sampai banting pintu keras-keras? Apa dia lagi ada masalah? Tapi apa masalahnya? Ngga biasanya dia sampai terlihat semarah itu", gumam bi Surti masih membopong keranjang berisi pakaian itu. Ia lalu melepas tangan kanannya untuk mengelus dadanya karena terkejut dengan suara keras itu.

Jeno lalu mengenakan sandal Spongebob-nya yang berada di dekat pintu teras rumah.

Dengan mengenakan piyama bermotif kelinci dan mengenakan jaket tebalnya, ia berjalan menuju ke arah pos sequrity dengan langkah cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan mengenakan piyama bermotif kelinci dan mengenakan jaket tebalnya, ia berjalan menuju ke arah pos sequrity dengan langkah cepat. Terlihat di pos itu terdapat Tian dan pak Fery sedang bermain catur.

"Jeno?", ucap Tian setelah Jeno sampai di pos.

"Kak, motornya kemaren udah dikirim, kan?", ucap Jeno.

"Sudah 2 hari yang lalu. Itu sudah di garasi. Memangnya kenapa?", ucap Tian.

"Jeno mau coba pake lagi", ucap Jeno.

"Besok saja, Jeno. Ini sudah sore, sudah mau Maghrib. Jeno ngga usah keluyuran kemana-mana. Nanti diculik sama tante Wewe", ucap pak Fery.

"Tante Wewe tuh siapa, pak?", tanya Jeno.

"Tante Wewe itu tante jahat. Biasanya dia mau culik anak-anak kalau pas menjelang maghrib", ucap pak Fery.

"Emang iya?", ucap Jeno.

"Iya, makannya kamu di rumah saja. Ngga usah kemana-mana", ucap pak Fery.

"Tapi Jeno kan bukan anak-anak lagi. Jeno tuh itungannya udah remaja. Jadi aman", ucap Jeno.

"Tetap saja lah, Jeno. Lihat, muka kamu saja masih kelihatan kayak masih anak-anak. Apalagi kamu pakai piyama gambar kelinci. Pasti tante itu nyangkanya kamu masih anak-anak", ucap pak Fery.

"Ngga bakal, pak. Lagian Jeno cuma sebentar, kok", ucap Jeno.

"Tapi kak Tian ngga mau kasih kunci motornya kalau Jeno belum dapat izin dari ayah", ucap Tian yang memang diutus untuk menyimpan semua kunci motor Jeno oleh Devan.

"Jeno udah bilang, kok. Katanya boleh. Kan Jeno pinjemnya sebentar, abis itu pulang lagi. Makannya Jeno ngga ganti baju. Soalnya cuma muterin kompleks doang", ucap Jeno.

Peluk Aku, Bunda√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang