Sore itu, terlihat seorang remaja laki-laki dengan masih memakai seragam sekolahnya memarkirkan motornya di garasi rumahnya. Sepertinya ia baru saja pulang dari sekolahnya. Saat ia akan memasuki rumahnya, terlihat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik membukakan pintu rumahnya menyambut kepulangannya.
"Selamat sore, sayang. Tumben langsung parkirin motor di garasi? Berarti ngga mau pergi lagi, yah? Biasanya kan kamu kalau parkirin motor di depan berarti kamu mau main? Biasa kamu masuk rumah cuma buat ganti baju terus pergi lagi", ucap wanita itu.
Bukannya menjawab, remaja laki-laki itu malah masuk ke dalam rumahnya dan menaiki tangga hendak menuju kamarnya.
"Mahen, kamu kenapa? Bunda kan tanya? Kok ngga dijawab?", ucap wanita itu yang diketahui bernama Tiffany.
Mahen yang mendengar itu lalu berhenti di tengah anak tangga dan menolehkan kepalanya menghadap bundanya.
"Emangnya kenapa? Bunda lebih suka aku ngga di rumah?", ucap remaja yang bernama Mahen itu.
"Bukan begitu, sayang. Justru bunda malah seneng kalau kamu di rumah, daripada kamu main keluyuran ngga jelas di luar. Bunda seneng kalau ada Mahen di rumah. Bunda sendirian, ngga ada yang nemenin. Ayah kan sering pulang malem. Kamu juga jarang di rumah, kalau pulang sekolah pasti langsung main. Bunda kan juga pengen habisin waktu bareng kamu di rumah", ucap Tiffany.
Setelah mendengar itu, Mahen melanjutkan langkahnya lagi menaiki tangga.
"Mahen!", panggil Tiffany.
"Apa lagi, sih?!", ucap Mahen.
"Ganti baju dulu habis itu cuci tangan cuci kaki, terus turun ke bawah buat makan, ya? Bunda siapin di bawah. Tadi bunda habis belanja, ada cemilan juga di bawah nanti kamu ambil aja, ya?", ucap Tiffany.
"Ya", ucap Mahen.
Setelah selesai mengganti pakaiannya di kamar, Mahen pun berjalan menuruni tangga menuju ke ruang makan. Di sana, sudah ada Tiffany yang sedang menyiapkan sepiring nasi dan lauk untuknya.
Mahen terlihat menyantap makanannya ditemani Tiffany.
"Mahen, tadi gimana sekolahnya? Hari ini ngapain aja di sekolah?", ucap Tiffany.
Mahen tidak langsung menjawab pertanyaan Tiffany. Ia meminum air putih yang sudah disiapkan Tiffany di meja makannya. Setelah itu, ia mengeluarkan sebuah surat dari saku celananya dan meletakkan surat itu di atas meja makan. Ia menyodorkan surat itu kepada Tiffany.
"Itu surat apa, Mahen?", tanya Tiffany.
"Baca aja", ucap Mahen.
Tiffany pun segera membuka amplop berisi surat itu dan membacanya.
"Mahen, apa maksudnya? Kamu bikin masalah lagi di sekolah?", ucap Tiffany.
"Apa perlu aku jawab? Udah baca ngapain masih nanya?", ucap Mahen.
"Mahen, bunda sering dapat telepon dari guru kamu di sekolah. Tapi yang mereka sampaikan ke bunda selalu saja karena kamu bikin ulah di sekolah. Mahen, bunda ngga mau nuntut kamu banyak. Bunda ngga nuntut kamu harus pintar, harus punya prestasi di sekolah, harus punya nilai bagus, dan sebagainya. Tapi bunda mohon sama kamu, tolong jangan terus bikin masalah di sekolah. Mahen kan anak yang baik. Mahen harus bisa belajar lebih dewasa dalam berpikir. Mahen kan sudah besar, harus tahu mana yang baik dilakukan dan mana yang engga", ucap Tiffany.
Mahen hanya diam dan tetap melanjutkan memakan masakan bundanya itu. Tiffany tampak menghembuskan nafasnya panjang melihat tingkah putranya itu.
"Kali ini masalahnya apa?", tanya Tiffany.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluk Aku, Bunda√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Ayah, bisakah ayah kembalikan bunda? Aku butuh bunda,"