Hujan turun deras, Tian tampak berjalan dari pos sequrity dengan mengenakan payung menuju ke garasi rumah besar milik majikannya. Ia meletakkan payung di garasi dan mencuci kakinya di kran air dekat garasi. Ia lalu berjalan masuk ke dalam rumah melalui pintu garasi. Ia berjalan menuju dapur melihat bi Surti yang tengah mengupas bawang.
"Di luar hujannya deras banget, bi", ucap Tian.
"Iya, padahal masih jam 11. Ini Jeno pasti di kamar tidur lagi kalau hujan-hujan begini", ucap bi Surti.
"Padahal sudah janjian katanya mau keluar jalan-jalan sama tuan besar tapi malah hujan", ucap Tian.
"Iya, semoga nanti hujannya cepat berhenti. Jeno katanya kan pengen main air di pantai sama ayahnya", ucap bi Surti.
"Aku mau ke atas ya, bi? Aku mau lihat dia lagi ngapain di kamar. Jangan-jangan lagi sibuk bikin kejutan buat tuan besar. Aku mau isengin dia", ucap Tian sambil tersenyum jahil.
"Jangan usil, Tian! Kamu kan tahu, Jeno itu ngambekan banget. Nanti dia marah kalau kamu gangguin", ucap bi Surti.
"Hehe, iya bi.. ya udah aku ke atas ya, bi", ucap Tian.
"Iya, tapi jangan digangguin, ya?!", ucap bi Surti.
"Iya, bi", ucap Tian.
Tian lalu pergi menaiki tangga, namun saat di lantai 2, ia melihat pintu balkon belakang terlihat sedikit terbuka. Ia lalu mendekat ke arah pintu yang mengarah ke balkon itu dan menutupnya dengan benar. Setelah itu, ia menaiki tangga lagi untuk menuju kamar putra majikannya yang berada di lantai 3. Ia mengetuk pintu kamar sambil memanggil nama putra majikannya dari luar. Namun, ia tidak mendengar balasan atau sahutan dari putra majikannya itu dari dalam kamar.
"Apa dia beneran tidur?", gumam Tian.
Sebenarnya, ia takut mengganggu waktu istirahat tuan mudanya. Namun, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia merasa sangat ingin melihat tuan mudanya saat itu juga. Entah mengapa setelah ia terakhir melihat tuan mudanya itu senyum padanya pagi tadi, ia benar-benar terus terbayang dengan senyum itu. Ia benar-benar merasa ada hal yang berbeda saat melihat senyum itu. Ia lalu mencoba menggerakkan knop pintu kamar tuan mudanya dengan pelan, namun ternyata pintu kamar itu tidak dikunci.
Ia lalu membuka pintu kamar tuan mudanya pelan, karena takut mengganggu aktivitas tuan mudanya di dalam kamar. Tapi, ia benar-benar terkejut setelah melihat kamar tuan mudanya terlihat begitu berantakan. Ia melihat barang-barang di kamar itu tampak kacau balau. Bahkan semua alat medis yang biasa dipakai oleh tuan mudanya tampak rusak. Ia juga melihat ada banyak butir obat yang berserakan di lantai karena Jeno membuangnya. Hal itu tentu saja membuatnya sangat khawatir. Rasa cemas dan khawatirnya menambah saat ia melihat ada darah yang berceceran di lantai bawah ranjang kamar itu.
"Jeno! Kamu di mana?! Apa kamu baik-baik saja?!", ucap Tian setengah berteriak. Ia lalu melihat ada album foto yang tergeletak di lantai bawah ranjang kamar Jeno. Ia membukanya dan betapa terkejutnya ia saat melihat ada foto Tiffany di dalam album foto itu.
"Wanita ini lagi? Siapa wanita ini sebenarnya?!", gumam Tian.
Ia lalu melihat ada tulisan di balik album foto itu. Ia begitu terkejut setelah membacanya.
"Mungkinkah? Jadi wanita ini adalah bundanya Jeno?! Nyonya besar belum meninggal?!", ucap Tian.
Ia lalu segera mencari keberadaan Jeno di sekitar lantai 3 sambil menenteng album foto itu. Namun, ia tidak menemukan keberadaan Jeno di sana. Jeno pasti sangat kecewa karena selama ini yang ia tahu bundanya itu sudah meninggal. Begitu juga Tian yang juga baru mengetahui hal ini.
Tian lalu tiba-tiba teringat pintu balkon yang ada di lantai 2 tadi sedikit terbuka. Ia bergegas menuju pintu balkon lantai 2 dan membuka pintu itu. Saat ia keluar ke arah balkon belakang rumah yang berada di lantai 2, ia melihat ada tetesan darah di lantai balkon. Apa putra majikannya itu berhasil kabur lagi?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluk Aku, Bunda√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Ayah, bisakah ayah kembalikan bunda? Aku butuh bunda,"