Sudah tidak peduli

1.8K 206 64
                                    

Sore itu, hujan turun dengan derasnya. Terlihat seorang remaja laki-laki tengah duduk di atas ranjang kamarnya dengan mengenakan pakaian santainya. Sepertinya, ia baru saja selesai mandi. Hal itu dapat dilihat dari rambutnya yang masih sedikit basah seperti habis keramas. Ia lalu melirik foto yang terbingkai apik di atas meja belajar yang berada persis di sebelah ranjangnya. Foto itu menunjukkan foto dirinya bersama dengan sahabat terdekatnya yaitu, Jeno.

Ia menatap foto itu dengan lama, hingga ia mengingat sesuatu di dalam pikirannya tentang sahabat dekatnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ia menatap foto itu dengan lama, hingga ia mengingat sesuatu di dalam pikirannya tentang sahabat dekatnya itu.

Flashback on.

Saat itu, tampak Jeno tengah mencuci salah satu motornya bersama dengan Tian. Lalu, datanglah Naresh dengan menaiki motornya memasuki gerbang rumah Jeno setelah pintu gerbang dibukakan oleh sequrity. Jeno tampak sibuk mencuci motornya hingga tidak peduli dengan kehadiran Naresh yang baru saja memarkirkan motornya di halaman rumah.

Jeno mengenakan kaos polos berwarna putih dan hanya mengenakan celana pendek berwarna coklat tua. Kaos dan celananya terlihat sedikit basah karena terkena air saat ia mencuci motornya.

"Woy! Jen! Sombong banget gua dateng ngga disambut sama sekali! Tamu nih gua!", ucap Naresh setelah memarkirkan motornya dan kini sudah berada di dekat Jeno yang masih sibuk mencuci motornya.

"Hm, iya udah liat kok", ucap Jeno.

"Gitu doang?! Gimana sih lu, Jen! Gua kan mau main, jangan dikacangin gini, dong! Ajakin masuk kek, minum kek. Ini malah dibiarin aja! Emang penting motornya daripada gua?!", protes Naresh.

"Ya udah sanah masuk duluan. Gua masih tanggung, nih!", ucap Jeno.

"Sinih, biar saya saja yang lanjutkan. Kamu ke dalam saja, ajak teman kamu. Itu juga bajunya sudah basah, nanti kamu sakit. Ayah juga pasti akan marah kalau tahu kamu ikutan nyuci motor kayak gini", ucap Tian yang juga sedang membantu mencuci motor Jeno.

"Tanggung, kak! Bentar lagi selesai", ucap Jeno.

"Sudah, sanah masuk saja! Biar ini saya saja yang terusin. Kasihan teman kamu mau main masa malah dianggurin", ucap Tian.

"Iya, Jen. Gua tadi sampe nyasar-nyasar tau nyari rumah lu, Jen. Pertama kali nih gua main ke rumah lu. Tapi ngga ada baik-baiknya lu nyambut gua di sini, Jen. Gua ngga nyangka, ngga taunya lu malah anaknya sultan! Rumah kita tuh ngga jauh-jauh banget. Gua juga udah sering lewat sini. Rumah ini kan yang paling mewah. Gua lumayan kenal sama bokap lu, secara siapa sih yang ngga kenal bokap lu yang tajir gini? Tapi gua ngga tau kalo anaknya itu ternyata lu, Jen. Lu ngga pernah keluar rumah apa gimana sih, Jen? Gua kok bisa ngga kenal sama lu, sih. Baru-baru ini aja gua kenal lu gara-gara baru masuk SMA dan sekarang kebetulan malah satu sekolah sama lu", ucap Naresh.

"Iya tuh, udah sanah ajak teman kamu masuk! Ganti dulu bajunya nanti. Bentar lagi bi Surti juga pasti ngomel-ngomel kalau tahu kamu basah-basahan kayak gini", ucap Tian.

Peluk Aku, Bunda√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang