Di rumah orang tua Tiffany, terlihat mamah Tiffany tengah menaiki tangga menuju ke kamar Tiffany. Mamah Tiffany ingin melihat putrinya yang sejak tadi pagi sama sekali tidak keluar kamar.
Tok tok tok! (suara pintu kamar Tiffany diketuk oleh Mamah Tiffany)
"Tiffany! Buka pintunya! Mamah mau bicara!", ucap mamah Tiffany.
Tak lama, pintu kamarnya pun terbuka menampilkan Tiffany dengan wajah sembabnya dan rambut yang masih basah dan terlihat kusut karena baru saja keramas dan belum sempat menyisirnya.
"Boleh mamah masuk?", ucap mamah Tiffany.
Tiffany hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan mamahnya.
Setelah masuk ke kamar putrinya, mamah Tiffany menutup pintu kamar dan duduk di tepi ranjang milik Tiffany. Sedangkan Tiffany masih tampak berdiri memperhatikan apa yang akan mamahnya lakukan di kamarnya.
"Ngapain kamu berdiri di situ?!", ucap mamah Tiffany.
Tiffany tidak menjawab ucapan mamahnya. Ia sedang tidak memiliki mood yang baik pagi itu.
"Sinih duduk, Tiffany!", ucap mamah Tiffany sambil menepuk sisi tempat di sebelahnya.
Tiffany pun akhirnya menurut untuk duduk di sebelah mamahnya.
"Kenapa berantakan sekali? Sudah jam segini tapi kamu baru mandi dan belum menyisir rambutmu, Tiffany?!", ucap mamah Tiffany.
Tiffany hanya diam saja tak menjawab ucapan mamahnya.
"Kenapa ngga turun buat sarapan tadi? Itu kenapa matanya sembab? Apa kamu habis nangis?!", ucap mamah Tiffany.
Tiffany masih tampak diam tak mengeluarkan suara.
Mamah Tiffany lalu beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil handuk kecil yang menggantung di dekat pintu kamar mandi. Setelah itu, ia berjalan ke arah meja rias yang berada di dalam kamar putrinya dan mengambil sisir di laci meja itu. Setelah itu, ia kembali duduk di sebelah putrinya.
"Miringkan badannya!", ucap mamah Tiffany yang hanya di turuti oleh Tiffany.
Mamah Tiffany lalu menyentuh rambut basah milik putrinya dan mengeringkannya dengan handuk kecil. Ia lalu menyisir rambut putrinya dengan pelan. Tiffany bingung dengan apa yang dilakukan mamahnya padanya. Ia teringat masa sekolah dulu, mamahnya masih sering membantunya menyisir rambut panjangnya. Ia itu anak perempuan dan satu-satunya. Ia sangat dimanja oleh orang tuanya sejak kecil. Hingga sampai Tiffany SMA pun mamahnya masih suka membantunya menyisir rambutnya.
"Mamah..", panggil Tiffany.
"Iya, kenapa?", ucap mamah Tiffany sambil menyisir rambut Tiffany.
"Aku bisa sendiri. Aku sudah punya seorang putra sekarang, bahkan putraku sudah duduk di bangku SMA", ucap Tiffany.
"Memangnya kenapa? Walaupun kamu sekarang sudah punya anak, kamu tetap putri mamah, kan?", ucap mamah Tiffany.
"Tiffany.. tadi malam kamu pergi kemana sama papah?", ucap mamah Tiffany.
"Mamah tahu darimana aku pergi semalam? Apa mamah bangun waktu aku pergi keluar?", ucap Tiffany.
"Tentu saja mamah bangun. Bahkan waktu papah ambil jaket dan kunci mobil di kamar, mamah juga sudah bangun", ucap mamah Tiffany.
"Tadi malam aku sama papah......", ucap Tiffany.
"Jenguk Jeno, kan?", potong mamah Tiffany.
"Mamah tahu darimana? Mamah tahu dari papah?", ucap Tiffany terkejut dengan ucapan mamahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluk Aku, Bunda√
Ficção AdolescenteDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Ayah, bisakah ayah kembalikan bunda? Aku butuh bunda,"