Rumah sakit

2.1K 169 45
                                    

Di lapangan basket, terlihat para siswa laki-laki kelas Jeno sedang bermain basket dengan di awasi oleh guru olahraga. Sedangkan para siswi perempuan duduk di pinggir lapangan.

"Kasih ke gua, Na!", teriak Candra meminta Naresh untuk mengarahkan bola basket itu ke arahnya.

Pritttt!!!!

"Sekarang gantian yang putri turun ke lapangan! Sudah cukup yang putra bisa gantian duduk di pinggir lapangan!" ucap guru olahraga.

"Ahh, sayang banget! Lagi asik-asiknya main!", ucap Candra.

"Bawa minum ngga? Gua haus, nih!", ucap Reyhan.

"Ntar beli lah di kantin", ucap Naresh.

"Eh, si Mahen mana? Ngga keliatan dari tadi? Ngga main bareng juga tadi, kan?", ucap Candra.

"Tau", ucap Naresh sambil mengedikkan bahunya.

"Ambil hp dulu yuk di loker?", ucap Candra.

"Gas!", ucap Reyhan.

Setelah mereka mengambil ponsel mereka masing-masing di loker sekitar lapangan basket, tiba-tiba saja ponsel Naresh berbunyi.

"Yah, Jeno pasti kesepian nih di kelas! Pas banget gua baru ambil hp dia langsung calling gua! Haha.. kasian banget", ucap Naresh sambil tertawa setelah melihat siapa yang meneleponnya.

"Angkat, lah", ucap Reyhan.

Setelah itu, Naresh pun mengangkat telepon Jeno. Namun, baru saja ia mengangkat teleponnya, terdengar suara nafas yang begitu jelas terdengar menyesakkan dari seberang telepon.

"Halo, Jen? Lu masih di kelas, kan? Kok nafas lu kedengeran sesak gitu? Lu baik-baik aja, kan?!", ucap Naresh khawatir.

"Na..tolongin gua..", ucap Jeno dari seberang telepon.

"Jen, lu kenapa?! Lu masih di kelas, kan?!", ucap Naresh panik mendengar suara Jeno yang terdengar tidak begitu jelas. Ia hanya mendengar suara Jeno yang samar-samar namun nafas mengiknya terdengar jelas.

"Jen?! Jeno jawab gua! Lu baik-baik aja, kan?!", ucap Naresh.

Candra dan Reyhan tentu ikut panik mendengar Naresh yang sepertinya sedang mengkhawatirkan Jeno.

"Kenapa, Na?!", ucap Reyhan.

Naresh lalu mematikan ponselnya begitu saja setelah Jeno tidak lagi menjawabnya dan ia tidak lagi mendengar suara nafas mengik itu.

"Coba ke kelas! Gua takut Jeno kenapa-napa soalnya tadi gua denger dia minta tolong!", ucap Naresh.

"Pak! Izin ke kelas bentar, pak!", teriak Candra supaya guru olahraganya yang sedang mengawasi teman-teman perempuannya di lapangan mendengarnya. Mereka bertiga lalu langsung berlari tanpa menunggu jawaban dari guru olahraga itu. Mereka buru-buru lari menuju kelasnya. Namun, di sana mereka tidak menemukan Jeno.

"Jeno dimana?! Kenapa ngga ada di kelas?!", ucap Naresh.

"Tenang, Na. Jangan panik dulu. Coba cari di toilet, deh. Siapa tau Jeno lagi di sana", ucap Candra.

"Can, gua takut Jeno kenapa-napa. Soalnya tadi gua denger dia minta tolong", ucap Naresh.

"Makannya coba cari dulu ke tempat lain. Nyebar deh, coba ada yang ke toilet, perpus, kantin, terserah deh. Biar lebih cepat nemunya", ucap Candra.

Mereka pun akhirnya berlari mencari Jeno. Saat itu masih jam pelajaran, sehingga sekolah terlihat sepi karena para siswa sedang ada di dalam kelas masing-masing. Mereka sudah mencari ke seluruh tempat yang paling sering dikunjungi Jeno, namun mereka tak kunjung menemukan Jeno.

Peluk Aku, Bunda√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang