Malam itu, ada seorang laki-laki paruh baya yang tengah tegang menunggu putranya yang sedang dioperasi akibat luka tusukan yang baru saja dialami putranya itu. Lelaki itu terduduk di depan ruang operasi itu dengan gelisah. Ia berharap operasinya berjalan dengan lancar dan putranya itu akan baik-baik saja. Tak lama, terlihat mertuanya datang bersama dengan istrinya. Mereka berlari menghampirinya dengan raut wajah khawatir.
"Mas, gimana Mahen, mas?!", ucap sang istri, bernama Tiffany.
"Apa yang terjadi sebenarnya, Mahesa?! Kenapa bisa Mahen sampai dioperasi?! Mamah benar-benar kaget waktu kamu kabarin mamah tadi soal Mahen yang tiba-tiba mau dioperasi. Apa yang terjadi sebenarnya?! Kenapa Mahen sampai dioperasi?!", ucap mamah Tiffany.
"Mahen sama Jeno berantem lagi. Jeno tusuk Mahen pakai pisau, mah", ucap Mahesa.
"Apa?! Berani-beraninya anak itu melukai cucuku?!", ucap mamah Tiffany tampak murka.
"Apa, mas?! Jeno ngga mungkin ngelakuin itu! Aku yakin Jeno ngga mungkin ngelakuin itu!", ucap Tiffany.
"Apa kamu sudah pastikan bahwa yang melakukan itu Jeno?!", ucap papah Tiffany.
"Semua teman-temannya yang menyaksikan kejadian itu mengatakan bahwa memang Jeno yang melakukan itu", ucap Mahesa.
"Terus kamu langsung percaya gitu aja, mas?!", ucap Tiffany.
"Di saat putraku kayak gini terus aku bakal harus percaya sama siapa lagi, Tiffany?! Aku juga ngga percaya kalau Jeno tega lakuin itu ke Mahen. Tapi itu juga masuk akal kan setelah Jeno mendapat perlakuan buruk dari Mahen di waktu lalu, sekarang Jeno membalas perlakuan Mahen juga?", ucap Mahesa.
"Kamu lihat kan, Tiffany? Anak itu bahkan sekarang benar-benar menunjukkan bahwa dirinya itu seorang pembunuh! Lebih jahat mana, Tiffany?! Mahen kemarin hanya memukul Jeno dengan tangan kosong, tapi Jeno sudah siapkan benda tajam untuk mencoba membunuh Mahen! Siapa yang lebih punya bakat pembunuh, Tiffany?! Masih kamu mau bela anak itu?! Dia sudah buat Mahen terluka!", ucap mamah Tiffany.
"Engga! Jeno ngga mungkin lakuin itu! Aku percaya sama Jeno, mah! Dia ngga mungkin lakuin itu! Dia ngga mungkin lakuin hal buruk itu sama Mahen!", ucap Tiffany.
"Terus kalau bukan Jeno siapa lagi?! Selama ini mereka berdua ngga pernah akur. Bukan hal baru lagi untuk mereka saling pukul. Tapi kali ini Jeno sampai bawa pisau, Tiffany! Teman-temannya juga mengatakan Jeno yang pegang pisau itu!", ucap Mahesa.
"Tapi apa kamu bisa jamin kalau pisau itu punya Jeno?! Bisa saja itu adalah bentuk untuk dia membela diri supaya ngga sampai kena pisau yang diarahkan musuhnya ke dia! Atau.. mungkin saja kan kalau Jeno yang dijebak di sini?! Bisa saja Mahen yang memang sengaja menusuk dirinya sendiri dan membuat seolah semuanya itu adalah kesalahan Jeno!", ucap Tiffany.
"Apa? Yang benar saja! Putraku ngga sepengecut itu! Jangan mentang-mentang Jeno itu putramu terus kamu seenaknya tuduh putraku yang macam-macam!", ucap Mahesa.
"Aku ngga nuduh Mahen, mas! Aku cuma........", ucap Tiffany.
"Setelah semuanya terjadi kamu masih saja bela anak sial itu, Tiffany?! Mamah sudah ingatkan kamu kan kalau dia itu memang pembawa sial! Kemarin dia buat Mahen keluar dari sekolahnya, sekarang dia mau bunuh Mahen! Apa anak kayak gitu masih pantas dapatkan pembelaan?! Ini yang kamu bilang ngga adil buat Jeno?! Mahen lebih ngga adil di sini, Tiffany! Seharusnya kamu ada buat dia di saat seperti ini! Tapi kamu malah hanya memikirkan Jeno! Mahen itu juga anak kamu, Tiffany! Kenapa kamu hanya khawatirkan anak itu?!", ucap mamah Tiffany.
"Sudahlah, lebih baik kamu diam! Ngga usah banyak bicara di saat suasana tegang begini! Lebih baik kita do'akan supaya operasinya berjalan dengan lancar dan Mahen bisa selamat!", ucap papah Tiffany.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluk Aku, Bunda√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Ayah, bisakah ayah kembalikan bunda? Aku butuh bunda,"