Bismillah...
Setelah seharian penuh mereka di panti, waktu sore pun tiba. Mereka berdua pamit kepada bu Mirna juga anak-anak panti disana. "Kakak peri nanti dateng lagi ya." ucap mereka kompak.
"Terimakasih kakak peri dan om tarzan. Dadah." Teriak mereka saat mobil Dewa sudah berjalan. Hazel yang masih menghadap belakanh, otomatis melihat tangan mereka yang masih melambai dan berteriak kepada mereka.
"Seru banget ya hari ini." Celetuk Dewa gembira, Hazel mengangguk semangat, menyetujui hal itu, seakan masalah yang ia hadapi saat ini lenyap ntah kemana.
Rumah panti yang lumayan dari dari rumah mereka membuat perjalanan jauh lebih lama. Hari sudah mulai gelap, dan perut Dewa pun sudah sangat keroncongan. "Mau makan dulu nggak?" tanya Dewa.
"Boleh."
"Gue tau tempat restoran yang sangat nikmat. Nanti lo tutup mata ya, gue pesenin makanan yang lo pasti bakal suka."
"Oh ya? Kalo aku nggak suka gimana?"
"Kalo lo nggak suka ya makanan lo buat gue aja." Hazel mendesis mendengar perkataan cowok itu, terkadang romantis tapi lebih banyak menyebalkannya.
Setelah sampai di tempat makan yang dituju. Hazel segera duduk, kedua matanya berputar, menyapu pemandangan indah di sekitarnya.
"Suka? Baguskan tempatnya?"
"Suka banget pemandangan, cantik." jujur Hazel.
Namun, Hazel memandang Dewa, tersenyum canggung. "Tapi tempat kayak gini pasti mahal." tebak Hazel setengah berbisik."Hmm, lumayan sii. Kenapa nanya gitu? Mau ikut nanggung separuh biaya makannya?" goda Dewa.
Senyum Hazel menghilang, berganti dengan raut getir. "K-kalau aku punya banyak uang, pasti aku bayarin kok. Maaf ya."
Dewa terkejut dengan reaksi Hazel, ia sedikit merasa bersalah. "Gue cuman bercanda kali. Lo lupa kalo uang gue nggak bakal habis tujuh turunan?" ucap Dewa menyombongkan diri, berusaha mencairkan suasana.Sebenarnya keinginan Hazel untuk menyumbangkan separuh uangnya tadi untuk panti iti adalah sisa uang tabungannya sedari dulu, yang memang ingin ia sumbangkan untuk anak yang mempunyai kebutuhan, yaa walaupun tidak banyak.
"Lo hebat banget Jal. Walaupun lo butuh uang, tapi lo masih mikirin keadaan anak-anak itu walaupun lo juga butuh uang." ucap Dewa memuji, ia salut kepada pribadi Hazel yang memiliki hati yang segitu indah.
"Nggak usah khawatir, kan gue punya pacar kaya raya." Gelak Hazel yang langsung disetujui oleh Dewa.
Tak lama kemudian, pelayan datang membawa nampan yang cukup besar ke arah meja Dewa dan Hazel. Mereka menata hidangan itu satu persatu di atas meja. Mata Hazel terbelalak, kenapa Dewa banyak sekali memesan makanan, emang siapa yang mau menghabiskan ini semua.
"Yang bener aje kak?" tanya Hazel.
"Abisin, gue tau lo laper banget dari tadi."
"Denger noh suara perut lo, cacingnya minta di kasih makan." Hazel tersenyum malu, ia pikir Dewa tidak akan mendengar suara perutnya yang dipenuhi cacing-cacing kelaparan, bukan cacing lagi sepertinya sudah menjadi ular kobra.
Namun, Hazel memberikan daging yang medium well kepada Dewa. "Kok di kasih ke gue. Itu gue beliin buat lo."
"Aku nggak boleh makan daging, apalagi yang setengah mateng kayak gitu. Buat kak Dewa aja, katanya tadi suka, istimewa." Dewa melongo dengan perkataan Hazel, ia sungguh tidak tau jika gadis itu tidak boleh memakan daging.
Namun Hazel sangat bersemangat, saat melihat Nasi merah yang ada di meja itu.Yaa, Hazel memang tidak bisa makan sembarangan.
Namun di sisi lain, tampak seorang perempuan yang memakai topi hitam yang sedang duduk mempungbhngi mereka, terlihat kebencian saat melihat Hazel dan Dewa bercanda.
Tak ada kata 'gagal' untuk semua apa yang ia inginkan. Mau tidak mau ia harus menjalankan aksi kejahatan yang sudah ia rencananya.
"Nyali lo cukup gede. Boleh juga." Katanya dengan senyum meremehkan. Jangan salahkan Lauren jika gadis penyakitan itu kena batu yang ia lempar nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
9 Eternity
Diversos"Dan bodohnya gue jatuh cinta sama orang yang udah mau mati." ••• Hazel tanaya.... Gadis cantik berwajah pucat. Cerdik, namun picik. Memanfaatkan seorang demi mendapatkan kekuasaan dalam dirinya, dengan cara apapun. Tapi... Bagaimana jika dia melaku...