9 ETERNITY. 13

13 1 0
                                    

Hazel menarik napasnya sebelum ia menekan gambar telepon di  hpnya, niat hazel sekarang yaitu ingin berbincang dengan pacarnya, duhh hazel tidak menyangka bahwa ia sudah memiliki pacar, dan itu Dewa pula.

dengan keberanian yang belum terkumpul cewek itu dengan terpaksa harus memencetnya, "huft,  semoga nggak ganggu deh," gumamnya, cewek itu sedari tadi hanya kular-kilir tak kelas, ntah apa yang sedang a resahkan.

selang beberapa menit dewa mengangkat telpon dari hazel.

"kenapa?"

"hallo," sapa hazel memastikan. alisnya mengherut, tanda ia sedang berpikir. suara ini bukanlah suara orang yang ingin ia telepon.

"lo hazel tanaya?" tanya orang itu.

"i-iya, ini siapa ya?"

"gue kasih tau lo. jadi cewek nggak usah gampangan banget deh, cuman mau belas kasian doang kan lo dari dewa?" sinisnya, dengan intonasi yang semakin meninggi.

"MURAH BANGET YA LO JADI CEWEK?" teriak orang itu.

hazel terdiam ditempatnya, mencerna seluruh yang dikatakan orang itu, tangannya gemetar memagang heandphone. terkejut? pasti, seumur-umur hazel baru merasakan ia dibilang hal yang tidak pantas seperti itu. 

dan yang lebih parahnya lagi itu adalah suara cewek. 

disaat itu hazel mendengar suara keributan disebrang hp nya, gadis itu masih terdiam namun selang beberapa saat, disaat hp hazel masih tersambung dengan hp dewa dan cowok itu mengatakan , "hallo," barulah hazel tersadar.

haii, lo nggak apa-apa?" tanya dewa dengan cepat.

cewek itu sebenarnya ingin bertanya. siapakah cewek yang baru saja mengangkat telponnya itu? dan apa hubungan dewa dengannya. tapi pantaskah hazel menanyakan itu? dan juga apakah bisa hazel marah? secara gadis itu hanya pacar yang mungkin hanya sampingan bagi dewa. 

"heyy," sapa dewa lagi.

"iya, hai."

"kenapa telfon?" tanya dewa tanpa basa-basi.

"eumm, nanti bisa mampir kerumah sebentar? ada yang mau aku kasih," ucap hazel, yang sebelumnya gadis itu gemetar karena salting tapi sekarang berubah gemetar sebab menahan tangisnya.

"iya, nanti pulang sekolah gue mampir." dewa berucap seperti sedang terburu-buru, hazel jadi sangat bersalah. bersalah karena menganggu aktivitas dewa mungkin?

"gue matiin dulu ya, bye."

hazel mengela napasnya, ia sekarang sseperti merasakan sesak didadanya. 

***

tin tin.

itu adalah suara klakson milik dewa. hazel menongolkan kepalanya untuk mengintip dan memastikan bahwa itu adalah pacarnya. sebenarnya hazel agak ragu bertemu dewa sore ini, tapi ya mau bagaimana lagi. gadis itu keluar dari rumahnya yang kosong itu, beranjak menemui dewa didepan sana.

"maaf lama," ucap cowok itu yang langsung duduk di kursi teras rumah hazel, lihat betapa tidak sopannya cowok itu. hazel hanya mengangguk pelan dan duduk disamping dewa.

"minum dong, haus nih gue," pintanya, lihat lah betapa tidak sopannya cowok itu, ingin rasanya hazel menjambak rambutnya.

"dari mana sih? capek banget kayaknya," hazel mulai bertanya. 

"segede gaban ini nggak liat? seraham gini nggak liat, ya dari sekolah lah,' nyolot dewa sambil memejamkan matanya hendak tidur. 

"yaudah, tunggu. aku ambilin minumnya?"

"air anget ya?" mendengar itu dewa langsung mendelik. bayangkan saja, hari panas, jiwa dan raga panas, bisa-bisanya cewek itu menawarkan air panas juga. 

"air es nggak ada?" 

"hehe, ada. bercanda doang bambang," dewa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.

lalu setelah hazel selesai mengambil dan menyediakan minum dewa, cewek itu langsung saja duduk kembali di kursi sebelumnya. 

"nih," kasih hazel kepada dewa, kotak kecil berwarna biru dengan ukiran kecil di tengahnya. alis cowok itu mengekerut, seakan bertanya.

"buat kak dewa," 

"apaan?" tanya dewa.

"nanti juga bakal tau sendiri." uap hazel tidak seceria seperti biasanya.

dewa yang menyadari itu langsung menatap mata hazel lekat dan sangat tajam. bahkan samapai tidak berkedip sampai beberapa menit. "pacar gue kenapa ya?" 

"ada yang tau nggak?" tanyanya pada hiasan rumput-rumput yang berada di atas meja.

"ohh masa?" monolognya sendiri, hazel jadi geleng-geleng sendiri meliha tingkahnya.

"dia ngambek? ohh ngambeknya gara-gara gue datenf telat?" ucapnya tambah menjadi. 

"yaudeh deh, supaya nggak ngambek lagi. gue ada hadiah buat dia."

"jeng-jeng-jeng," cowok itu mengeluarkan benda bulat dari kantong celananya. sebuah celang berwarna hijau pastel dengan sedntuhan manik-manil dikitarnya. hazel tersenyum melihat tingkah absurd dewa.

saat itu juga hazel merasakan tanganya di disentuh oleh dewa, berniat untuk memasangkan benda itu ditangan kecil hazel.

"auh," ringis hazel saat merasaka dewa menekan titik yang memang sangat sakit. sedangkan dewa langsung terkejut dengan refleks hazel.

"tangan lo kenapa?" tanya dewa saat melihat ruam yang lumayan besar ditangan hazel. cowok itu sekali lagi memencet ruam itu untuk emastikan. 

"ck, sakit tau," keluh hazel, menepis tangan dewa, cowok itu hanya terkekeh kecil. 

"itu kok bisa?"

"loh," cowok itu semakin penasaran ketika melihat ruam yang sama di kaki dan tangan hazel yang satunya. 

"kok bawak banget? kenapa? lo jatuh dari pohon atau ngigau terus terjun dari kasur sih? kok bisa banyak banget gitu?" tanay dewa bertubi-tubi.

"biasa ini mah, kejedot remot tv doang." jawan hazel seadanya.

"mana ada kejedot remot tv jadi kek gini. stetres lo?" jawab dewa merasa tidak puas akan jawan hazel.

"dih, nggak percaya. kak dewa lupa kalo aku ini pengidap kanker darah? leukimia? orang yang terkena penyakit itu memang suka lebam, kene kelereng dikit aja udah biru semua. masa nggak tau sih."

"kok bisa gitu?" tanya dewa lagi.

"ya namanya juga kebanyakan sel darah putihnya, jadi keliatan gitu. namanya juga pengidap leukimia."

"bangga lo jadi orang penyakitan?" ucap dewa sedkit menusuk.

"iyalah, harus bangga. gini-gini aku bisa ngerasain sakit yang orang-orang jarang bisa ngerasain. aku malah bersyukur banget malah."

***

"ehh, kak tunggu." cegah hazel.

"kenapa lagi? gue lelah banget hari ini," jujur dewa dengan wajah dibuat sokserius.

"wish ke empat," ucap hazel mengingatkan. 

ahh, dewa teringat akan hal itu. ia menghela napas agak berat. ''apa?" 

"liat sendiri<" suruh hazel. lalu dewa mengeluarkan heandphonenya, dan membalikkan hp dibalik casing hpnya itulah dewa menyimpan wishliat hazel.

"liat hewan?" tanya dewa meminta penjelsan pada hazel. 

"iya liat hewa,"

"pergi ke zoo gitu maksud lo?" tanya dewa memastikan.

"boleh. atau kalo langsung ke alam liar lihat hewa-hewan aslinya juga boleh banget," hazel terkik stelah mengatakannya.

"dah gila ni anak,"

***

9 Eternity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang