Sebagai jagad cilik atau mikrokosmos, manusia hanya mampu merencanakan hal-hal kecil. Bisa terwujud atau justru gagal sebab ketetapan Tuhan Sang Penguasa Jagad. Begitupun dengan Latu dan Dayita. Agenda keduanya tak terlaksana sesuai rencana awal, mereka harus menunggu hingga Latu yudisium untuk mendapatkan izin Maruta. Bukankah sudah jelas, kebebasan yang didapat Latu selama ini bukan berarti kebebasan tanpa aturan?
Tepat sehari setelah yudisium, Latu memotong rambut panjangnya hingga sebahu. Ia tak ingin perjalanannya nanti terganggu hanya karena urusan mengurus rambut panjang, terlalu merepotkan. Hari ini juga ia manfaatkan untuk berkumpul bersama teman-temannya, merayakan kelulusan.
"Enak banget lo, abis lulus langsung healing, bukannya cari kerja." Ada nada iri luar biasa dalam kalimat yang dilontarkan Saka. Ia bahkan sampai menggebrak meja resto yang saat ini penuh piring kotor, sisa makanan mereka semua.
"Santai, dong. Ini tuh rencana dari abis sidang, belum kesampaian karena nggak diizinin sama Ayah. Bilangnya nanti abis wisuda aja, ya udah, gas seminggu lagi." Sengaja Latu menjelaskannya seraya mendongakkan kepala, menunjukkan sisi angkuh juga pamer pada Saka yang tak punya kesempatan yang sama.
Dari kursi ujung, Gavin menyahut, "Lo beneran mau pergi ke rumah cowok yang dititipin buket bunga sama kakak lo waktu itu? Emang boleh? Nggak bahaya tuh, cewek sama cowok yang bukan apa-apa holiday bareng?"
Sepotong kentang goreng mendarat tepat di atas kepala Gavin, Latu tersangkanya. "Pertama, ini bukan holiday, tapi perjalanan mencari jati diri. Kedua, aman-aman, santai aja. Tuh cowok udah dipelet sama Ayah, nggak berani macem-macem dia sama aku. Lagian nih, ya, ternyata orang tua aku sama orang tua dia lumayan saling kenal."
Suara decihan terdengar bersamaan di telinga Latu. Seolah mengejek.
"Bukan dia yang kemungkinan ngapa-ngapain lo. Yang membahayakan tuh justru lo, Tu." Eko menyahut, diangguki yang lain.
"Sialan emang! Iri bilang, dong," cibir Latu.
"Serah Tuan Puteri," balas Ardhi.
Baru akan membalas ucapan sang kawan, sosok Yita yang berada di luar resto tertangkap mata Latu. Lewat jendela kaca, Latu dapat melihat dengan jelas bahwa lelaki itu tengah berbincang dengan seorang perempuan.
Latu menyipitkan mata, mendapati Yita tersenyum lebar di sana. "Cewek itu ...." Mata Latu membulat saat perempuan yang dilihatnya berbalik, dapat terlihat jelas. "Yara?"
"Hah? Siapa?" Eko yang duduk tepat di sebelah Latu mendengar gumaman perempuan itu, lantas mengikuti arah pandangnya. "Itu ceweknya?"
"Sembarangan!" Latu langsung menoleh dan menghunuskan tatapan tajam pada Eko.
"Buset! Orang cemburu nyeremin."
Yang lain ikut melihat ke arah luar. Yita dan perempuan itu masih di sana, sepertinya asyik membahas sesuatu.
"Ntar nggak usah ngomong apa-apa kalian. Soalnya rencana awal dia mau balik dulu ke Cirebon sebelum balik Jakarta lagi buat jemput aku. Jadi dia nggak tahu kalau aku bakal langsung ke rumah dia, kasihan bolak-balik," ancam Latu, membuat yang lain mengangguk.
Makin lama, tangan Latu sudah terkepal kuat di bawah meja, tetapi ia cepat menguasai diri. Ia mengembuskan napas panjang dan berdiri, memasang senyum lebar. Gadis itu lantas beranjak meninggalkan yang lain, menyusul dua orang itu.
Semua teman Latu sama-sama mengedikkan bahu.
Sampai di samping keduanya, keberadaan Latu belum disadari. Baru saat Latu membuka suara, mereka menoleh bersamaan, "Halo, kalian saling kenal?"
"Loh, kamu juga di sini?" Yara menyapukan pandangan, mencari kemungkinan Latu datang bersama siapa. Saat melihat sekumpulan pemuda di dalam resto melihat ke arah mereka, Yara akhirnya tahu. Benar, Latu tetap sama, si social butterfly yang memiliki banyak teman, tak seperti dirinya. "Oh iya, selamat atas kelulusan kamu."
![](https://img.wattpad.com/cover/325659467-288-k132558.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ehipassiko
Ficção GeralApa yang bisa dikukuhkan lewat pemahaman dogmatis? Tak ada, setidaknya begitu menurut Latu. Perempuan berjiwa bebas itu tak menemukan urgensi dari beragama--atau mungkin belum. Menjadi mahasiswi Sastra Jawa barangkali menjadi salah satu jalan baginy...