Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis
Don't forget to VoMent🎻
Happy Reading!!!Seoul, 2022
Lalisa berlari menuruni tangga dengan langkah yang terburu-buru. Napasnya terengah namun dirinya terus tetap berlari karena harus segera menghampiri bibinya yang sudah menunggu.
"Ah bagaimana aku bisa lupa!" katanya disela-sela langkahnya yang terus menuruni tangga demi tangga dan menyusuri lorong demi lorong gedung LePark yang tahun demi tahun bertambah luas itu.
Ia baru teringat bahwa dirinya memiliki janji untuk menemui sang bibi pukul 1 siang. Salahkan Nyonya Min yang menjadi alasan Lisa sampai lupa waktu dan melupakan janjinya dengan sang bibi. Nyonya terlalu lama mengukur tubuhnya untuk keperluan pembuatan kostum pentas. Jadi sebagai konsekuensi, Lisa harus menuruni tangga dari lantai 9 hingga lobby karena lift gedung yang selalu penuh di jam-jam istirahat seperti sekarang.
Lalisa menghentikan langkahnya di lorong gedung lantai 3 saat dirasa napasnya sudah tak kuat lagi untuk dipacu berlari. Ia menunduk dan menyangga tubuhnya dengan kedua tangan yang berada di atas lutut. Mulutnya terbuka untuk menghirup udara sebanyak mungkin agar ia tak pingsan karena kehabisan napas. Baru saja akan kembali berlari, sebuah suara panggilan yang sangat familiar membuatnya berdecak lalu mengusap rambutnya kasar
"Ck." kesalnya.
"Ya Lalisa! Kenapa setiap hari aku selalu melihat mu berlari sih?!" sosok lelaki bertubuh jangkung itu berjalan mendekat sambil menenteng sebuah kotak dengan label brand donat lokal yang cukup terkenal di sekitar area LePark.
"Ck jangan ganggu aku. Aku sudah terlambat dan tidak ada waktu untuk mengobrol." Haruto menangkap lengan Lalisa sebelum sosok sang gadis kembali berlari seperti orang gila. Dengan sedikit paksaan, Haruto membawa Lalisa ke sebuah tempat duduk yang terdapat di pojok lorong.
"Cah pilihlah. Menggiurkan bukan?" kata Haruto sambil membuka kotak yang ada di pangkuannya.
"Ya! Aku kan sudah bilang kalau aku sedang terburu-buru. Kenapa malah menyuruhku memilih donat?" Lalisa mendelik tidak suka pada anak laki-laki yang berusia 2 tahun lebih muda darinya itu. Tapi dengan tidak tau dirinya, bocah 17 tahun itu sering bersikap bahwa ia adalah Oppa bagi Lisa dan menolak diperlakukan sebagai seorang hobae.
"Karna itu cepat pilih. Ah yang bertabur gula ini pasti yang paling enak. Berterima kasihlah karna oppa memberikan mu yang terbaik Lisa-ya." Haruto menyodorkan donat yang berselimut gula halus ke mulut Lisa. Dengan bibir mencebik, Lisa membuka mulutnya dan menggigit donat yang Haruto sodorkan. Haruto tersenyum lebar dihadapannya ketika tanpa sadar, Lisa bergumam nikmat saat rasa manis itu menyerang rongga mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Puppeteer
FanfictionMasa lalu dan masa depan yang sama sama gelap, membuat segala emosi dan memori gelap berburu untuk keluar dari dalam box yang telah lama dikunci erat