Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis
Don't forget to VoMent🎻
Happy Reading!!!Di tengah panggung, Jungkook berdiri dengan stelan tuxedo mahal dan berkilau yang mencetak sempurna tubuh tegapnya. Ia menatap lekat pada setiap jajaran bangku yang dari sudutnya berdiri, tak terlalu jelas karena seluruh sorot lampu mengarah padanya sedangnkan yang lainnya dibiarkan gelap.
Selesai memindai dengan matanya, Jungkook kemudian menunduk sedalam 90 derajat selama 1 menit penuh. Tanpa ada satupun prolog yang diucapkan sebagai pembuka, Jungkook berhasil menyampaikan segala emosi yang berusaha ia sampaikan kepada penonton. Inilah resital terakhirnya sebelum benar-benar meninggalkan dunia yang telah membesarkan namanya. Jungkook secara tidak langsung berterima kasih dan berpamitan secara langsung kepada seluruh penggemarnya dan orang-orang yang telah mendukung seluruh perjalanan bermusiknya.
Sesaat setelah dirinya kembali menegakkan tubuh, suara riuh tepuk tangan pun langsung menggemuruh. Membuat rambut-rambut halus para tim orkestra yang akan mengiri Jungkook malam ini ikut berdiri dan menambah adrenalin mereka untuk bermain baik hingga akhir.
Sambil tersenyum tipis penuh arti, Jungkook pun kembali mundur untuk duduk di balik pianonya. Dipimpin oleh Yoongi sebagai konduktor, lagu pertama pun dialunkan seiring dengan tarikan baton yang Yoongi genggam. Sebuah gubahan dari karya seorang Chopin, musikus yang membuat banyak gebrakan dalam dunia musik. Tokoh yang sering menunjukkan bahwa sebuah ketidakselarasan bisa menjadi sebuah keindahan sendiri jika di lihat dari sisi yang berbeda.
Nada lembut yang dibuat mendayu, namun disaat yang sama mengantarkan banyak bentuk tempo yang membuat semua penonton tersentuh dan terkejut dengan kenyataan bahwa mereka masih berada di awal penampilan. Dari gubahan pertama ini, Jungkook berusaha untuk menceritakan perjalanannya sejak awal sebagai seorang pianist.
Rasa penasaran yang berkembang menjadi sebuah antisipasi minat, lalu aspek balas dendam dan juga pengharapan akan sebuah imbalan bersatu menjadi sebuah arogansi yang membentuk Jungkook muda. Masa-masa kehilangan yang kemudian datang dan kemudian beralih hingga akhirnya ia harus menerima kenyataan bahwa segalaya harus berakhir dalam bentuk yang belum terpuaskan.
Beberapa penonton bahkan menangis, tak terkecuali Lisa yang sudah meneteskan air matanya. Setelahnya, beberapa gubahan lain yang masih didominasi dengan nada lembut terus dimainkan. Gubahan ketiga dari salah satu karya Bethoveen menjadi pengganti suasana. Kini setidaknya para penikmat pertunjukan terakhir Jungkook bisa memasang senyum pada wajah mereka yang sebelumnya sendu.
Seiring dengan terus berjalannya pertunjukan, suasana lagu yang dimainkan pun berubah menjadi lebih berisik. Seolah menyampaikan masa muda yang menggelora dan penuh dengan kejayaan. Bagian lain dari masa muda Jungkook yang arogan dan penuh dengan kegemilangan. Biar bagaimanapun, saat itu Jungkook masihlah seorang pemuda yang memiliki kecintaan pada anjing peliharaannya yang akhirnya mati saat ayahnya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Puppeteer
FanfictionMasa lalu dan masa depan yang sama sama gelap, membuat segala emosi dan memori gelap berburu untuk keluar dari dalam box yang telah lama dikunci erat