Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis
Don't forget to VoMent🎻
Happy Reading!!!"Apa oppa akan terus diam seperti ini?" Lisa mengeluh karena Yoongi tak juga bicara padanya sejak pertama kali dirinya menginjakkan kaki di ruangan pria itu beberapa menit yang lalu.
"Kenapa terus mengacuhkan ku begini?" Lisa menghentakkan kakinya di lantai sebagai tanda bahwa ia benar-benar merasa marah.
"Aishh aku lebih suka datang ke tempat ini untuk diomeli ataupun diberi tugas evaluasi yang sulit daripada harus diacuhkan seperti ini."
Sudah 15 menit Lisa datang ke ruangan Yoongi hanya untuk mendapati pria itu terus berkutat dengan partitur yang berantakan di atas mejanya. Lisa ingin membicarakan hal penting pada Yoongi. Tapi hal itu tidak akan bisa ia lakukan jika dirinya terus diacuhkan seperti saat ini.
"Apa aku mengganggu mu oppa? Haruskah aku keluar saja?" Yoongi terus saja menunduk dengan tangan yang tak henti membolak-balik tumpukan kertas di hadapannya. Lisa menghela dan akhirnya berniat pergi. Namun saat akan bangkit, Yoongi langsung menatapnya dengan tajam. Tapi bukan perasaan marah yang Lisa rasakan dari tatapan itu. Yoongi malah terlihat, sedih.
Dengan perlahan, Lisa kembali mendudukkan dirinya saat sadar bahwa mata Yoongi mulai memerah dan basah. "Oppa menangis?" pekiknya kaget.
"Bisakah--- bisakah kau tinggal sedikit lebih lama? Temani oppa sebentar Lisa-ya." tanpa protes lagi, Lisa menuruti kemauan Yoongi dan menemani oppa-nya itu sampai tenang. Lisa tak melepaskan tatapannya sedikitpun, terus mengamati Yoongi yang kembali berkutat dengan partiturnya sambil sesekali mengusap ujung matanya dengan lengan baju.
"Oppa tau kan jika aku kesini untuk berpamitan?"
"Aishh gadis nakal." Yoongi dengan kesal melepaskan lembaran kertas dari tangannya.
"Apa aku harus memohon dulu agar kau mau menahan ucapan mu dan menemaniku lebih lama?!" Yoongi berdiri dari duduknya dan menyangga tubuhnya dengan tangan di atas meja. Tubuhnya merunduk, mendekat hingga jarak wajahnya dengan wajah Lisa hanya terpisah 2 jengkal.
"Sekarang atau 20 menit lagi sama saja. Aku akan tetap mengatakannya oppa."
Lisa kemudian berdiri dan mengambil langkah mundur. Lisa menerbitkan senyumnya, menaruh kedua tangannya di atas perut dan membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat pada sosok Yoongi yang kepalanya sudah menunduk dalam.
"Gamsahamnida seonsaengnim. Untuk semua yang telah kau ajarkan kepadaku, terima kasih." Lisa kembali berdiri dengan tegak. Ia kembali berjalan mendekat hingga jaraknya dan Yoongi hanya dipisahkan dengan sebuah meja kerja Yoongi yang berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Puppeteer
FanfictionMasa lalu dan masa depan yang sama sama gelap, membuat segala emosi dan memori gelap berburu untuk keluar dari dalam box yang telah lama dikunci erat