Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis
Don't forget to VoMent🎻 Happy Reading!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit sudah gelap saat Jungkook yang berniat pulang, menghentikan langkahnya tepat di depan gedung LePark. Netranya tidak sengaja melihat sosok Lisa. Gadis itu terlihat memasuki sebuah mobil hitam milik seorang laki-laki yang seminggu terakhir ini terlihat rutin menjemputnya.
Sang pria yang menjemput Lisa kemudian terlihat melangkah memasuki mobil setelah memastikan Lisa sudah lebih dulu duduk manis di bangku penumpang. Saat mobil itu berlalu, Jungkook kemudian kembali melangkah dan memasuki mobil yang sudah lama berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri dan melaju menjauhi gedung LePark.
Mobil Soohyuk melaju membelah jalanan yang cukup sepi malam itu. Senyum cerah tak pernah lepas dari wajahnya setiap kali ia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Lalisa, gadis yang belakangan selalu ia nantikan kehadirannya. Sedangkan seperti biasa, Lisa lebih banyak diam dan hanya bicara jika ditanya. Walaupun hubungan keduanya sudah sedikit lebih mencair sejak kejadian di Jeju waktu lalu, Lalisa tetap merasa agak canggung dengan hubungan mereka yang tidak jelas.
"Lisa-ya, bagaimana latihan mu hari ini?" tanya Soohyuk sambil sesekali menatap gadis yang duduk di sampingnya.
"Baik, oppa." Soohyuk kemudian tersenyum rekah saat mendengar panggilan Lisa padanya. Panggilan itu sudah sejak beberapa hari terakhir sudah berubah untuknya dan Soohyun senang.
"Baguslah. Kau ingin makan apa malam ini?" Lisa menatap ke samping dan menemukan wajah Soohyuk yang kembali tersenyum padanya. Pria itu jadi lebih sering dan terang-terangan saat melihatnya karena tidak harus menyetir seperti hari-hari biasanya. Seorang supir paruh baya yang belum pernah ia lihat kini ada bersama mereka.
"Hmm apa boleh jika aku langsung pulang saja oppa?" kata Lisa sungkan. Ia agak tidak enak untuk menyangsikan kebaikan Soohyuk. Tapi sungguh, ia belum terbiasa.
"Kau lelah?"
"Hmm hanya saja, aku khawatir akan membuat bibi menunggu." Soohyuk terkekeh gemas saat melihat Lisa menatap jam di pergelangan tangannya.
"Baru jam 7 malam Lisa-ya. Lagipula aku sudah meminta ijin sebelumnya pada bibi mu. Jadi, kau mau kan menemaniku makan sebelum pulang? Aku lapar Lisa-ya." Lalisa menghela napas lalu mengangguk mengiyakan. Mengalah seperti biasa bukanlah sesuatu yang sulit.
Dalam hatinya, Lalisa bertanya-tanya. Jika bibinya tidak suka jika Lalisa mendapatkan pujian dan perhatian dari orang lain, mengapa bibinya mengijinkan Soohyuk untuk menghabiskan waktu dengannya? Jika semua ini hanya akan berakhir dengan hukuman, mengapa sang bibi terus mengijinkan hal seperti ini terjadi?
"Aku dengar dari bibi mu, kau merasa sedih belakangan ini karena kecewa tak bisa mengiri pianist itu. Apa benar?"
Lisa masih asik menatap interior restauran mewah tempat Soohyuk membawanya untuk makan malam, saat pria itu melontarkan pertanyaan yang membuatnya merutuk daam hati. Apa lagi yang bibinya rencanakan?