Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis
Don't forget to VoMent🎻
Happy Reading!!!Playlist for this chapter : Lee Hi-Breath
"Ssst Rose-ya, berhentilah menangis. Nan jinja gwenchana."
"Neo angwenchana Lisa-ya. Jangan berpura-pura kalau kau baik. Lihat senyum mu itu, menyedihkan." gadis itu terus saja menangis sampai nafasnya sendiri terdengar sangat berat dan sesak.
"Ya tuhan wajah mu---" tubuh Rose didekap oleh Jihyo yang berdiri di sisinya. Gadis itu juga sedang terisak walaupun tak sekencang Rose. Tangis Rose langsung pecah sesaat setelah mereka sampai di ruang rawat Lisa. Ia tidak kuat menahan tangisnya saat melihat wajah sahabatnya yang pucat, dengan dahi yang dibebat dan tangan kiri yang keadannya benar-benar buruk.
"Lisa-ya---" tangis Rose terdengar pilu sehingga membuat Ji-hyo semakin terisak. Di sudut ruangan, Haruto hanya berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celananya. Dirinya terus menunduk, tak sanggup menaikkan kepalanya sejak sahabat-sahabat kakaknya datang untuk menjenguk Lisa.
Di samping Haruto, Mina memeluk lengan adiknya erat-erat. Air matanya sudah habis karena terus menangis sejak dirinya dan Haruto menjemput Lisa pada hari kejadian dan melihat sendiri kondisi Lisa yang saat itu benar-benar babak belur.
"O-orang jahat se-perti apa yang sanggup melakukan hal ini padamu Lisa-ya."
Dari posisinya yang duduk di atas ranjang rawatnya, Lisa dapat melihat Haruto yang menatapnya dengan sorot kecewa setelah mendengar pertanyaan Rose. Kejadian kelam yang terjadi beberapa hari lalu itu diputuskan tegas oleh Lisa sendiri agar menjadi rahasia antara dirinya, Haruto, Mina dan Jimin. Ah dan bibinya sebagai pelaku mungkin.
"Rose-ya berhentilah menangis, kau akan menyakiti dirimu sendiri jika terus menangis seperti itu. Aigooo hidung mu sudah sangat merah, pasti kau kesulitan bernapas." Lisa menggenggam tangan Rose dengan tangan kanannya dan menggoyangkannya agar Rose berhenti menangis. Biasanya, Lisa akan melakukan hal serupa untuk menenangkan Rose yang selalu kelewat gugup setiap mereka akan melakukan evalusi bulananan. Tapi kini, rasanya cara itu tak berhasil karena bukannya menghentikan tangisannya, Rose malah semakin terisak menyedihkan.
Melihat bagaimana orang-orang terdekatnya merasa sedih dengan keadaannya membuat Lisa bersyukur karena ternyata banyak yang perduli padanya. Tapi tak bisa disangkal bahwa dominasi perasaan sedih dan prihatin pada dirinya sendiri lebih kuat dari pada rasa lain yang terus datang beberapa hari belakangan ini. Walaupun senyumnya tak pernah luruh, tapi setiap orang yang melihatnya tetap dapat menilai bahwa senyum itu terlihat sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Puppeteer
FanfictionMasa lalu dan masa depan yang sama sama gelap, membuat segala emosi dan memori gelap berburu untuk keluar dari dalam box yang telah lama dikunci erat