Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis
Don't forget to VoMent🎻
Happy Reading!!!"Ahh aku rindu Lisa-ku." Haruto menyandarkan kepalanya pada bahu sang kakak, namun langsung ditepis begitu saja oleh Mina. Kakaknya itu berdecak sebal saat melihat sang adik yang lagi-lagi menjadi bahan tertawaan teman-temannya karena tingkah konyol yang ia tunjukkan.
"Oneeshan!" Mina semakin mendelik kesal pada sang adik yang kini sedang melotot ke arahnya.
"Kau tidak tau sepenting apa leher untuk pemain biola hah?!"
"Ck berlebihan sekali. Lagian aku pusing mendengar mu terus menerus mengatakan kalau kau merindukan Lisa. Dan berhenti berbicara dengan nada dan kata-kata menggelikan seperti 'oneeshan'." kata Mina sambil meledek cara Haruto memanggilnya tadi.
"Eheii, apa kau cemburu?" senyum jahil yang Haruto berikan pada Mina membuat gadis itu semakin kesal saja.
"Jangan gila, pergi saja sana!" Ruto mencebikkan bibirnya sebal "Shiro! Aku akan menempel hingga oneeshan muak." Ji-Hyo dan Rose hanya bisa tertawa saat melihat Mina yang kesusahan melepaskan rangkulan Haruto pada tangannya. Selalu saja begini setiap mereka berkumpul
Suasana ballroom LePark cukup ramai karena Park Juan, direktur pelaksana di LePark, baru saja secara langsung mengumumkan beberapa tawaran acara penting yang akan melibatkan sekolah musik mereka. Walaupun 70% dari tawaran tersebut belum disepakati, namun pihak mereka diminta untuk banyak berlatih dan mempersiapkan diri untuk tahun yang cukup padat bagi LePark.
"Ah sudahlah, aku harus kembali ke gedung tari. Apa kalian masih akan disini?" Mina bangkit dari duduknya dan merapihkan dress putih berbahan satin yang ia gunakan untuk berlatih.
"Hmmm." Rose mengangguk mengiyakan. "Katanya masih ada hal yang harus disampaika pada tim orkestra."
"Baiklah kalau begitu. Aku duluan ya."
"Haruto-chan! Ingat untuk belajar yang serius ya?! Jangan mengganggu teman-teman ku!"
"Cih pergi sana." Haruto mengibaskan tangannya seolah menyuruh Mina untuk buru-buru pergi. Gadis itu menjulurkan lidahnya jengkel dan berbalik dari sana.
"Rose noona."
"Besok lusa Ruto-ya." Rose menghela napas malas. Sudah tahu dan hapal di luar kepala apa yang ingin Haruto katakan.
"Wah sejak kapan noona bisa membaca pikiran?" tanya Ruto takjub. Membuat Rose dan Ji-Hyo menggulirkan mata malas.
"Dimana Jisoo eonnie, Rose-ya?" tanya Ji-Hyo sambil mengedarkan matanya ke seluruh penjuru ballroom yang hanya diisi oleh puluhan siswa dari grup orkestra.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Puppeteer
FanfictionMasa lalu dan masa depan yang sama sama gelap, membuat segala emosi dan memori gelap berburu untuk keluar dari dalam box yang telah lama dikunci erat