Meski memiliki badan yang tergolong mungil seperti anak SD, tapi percayalah, Fey tidak akan gentar oleh ombak maupun badai.
Namun siapa sangka, jika sudah berhadapan dengan Rama, cowok yang katanya naksir padanya, ia akan langsung lari terbirit-biri...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fey melirik sinis ke arah Fea yang tengah tertidur di kursi samping kemudi. Tepat setelah bel pulang berbunyi, Pak Asep alias suami Bik Iyem mengirim pesan akan menjemput Fey, katanya sekalian lewat daerah sana sehabis menjemput Fea yang baru pulang dari tour sekolah.
Fey benar-benar kesal. Fea pergi diam-diam tanpa memberitahunya terlebih dahulu akan tour ke Bali selama 3 hari dan baru pulang hari ini. Fey kesal karena Mama memberikan izin untuk Fea, sedangkan dirinya dulu sampai harus merengek-rengek dan mengurung diri di kamar sampai kelaparan tapi tetap tidak diizinkan untuk ikut tour sewaktu SMP. Alasan yang dikatakan Mamanya waktu itu tentu saja karena tidak ingin Fey kenapa-napa. Takut asmanya kambuh dan tidak ada yang menolong. Terlebih Fey tidak mempunyai teman dekat lain yang bisa Mamanya percayakan untuk menjaga Fey, karena satu-satunya orang yang dipercaya Mamanya alias sahabatnya Lana tidak ikut tour. Waktu itu Lana sedang ke luar kota untuk mengunjungi neneknya yang sedang sakit. Jadi, Fey sama sekali tidak mempunyai backingan untuk meyakinkan Mamanya.
Kedua bola matanya bergeser pada Lana yang duduk di sampingnya, sedang melihat ke arah luar sambil sesekali menghela napas berat.
Sesampainya di rumah, Fey langsung mengajak Lana untuk segera turun, tapi saat melihat Fea yang terbangun dan menggeliat kecil, Fey menyempatkan diri melayangkan tangannya menoyor kepala Fea membuat si empunya berteriak kesal. Fey terkikik geli karena berhasil menyalurkan sedikit kekesalan dan bergegas memasuki rumah melewati Bik Iyem yang baru saja membuka pintu. Lana yang baru akan menyapa Bik Iyem pun langsung ditarik menuju ke lantai atas.
"Fey! Pelan-pelan dong," keluh Lana karena tangannya ditarik-tarik seraya menaiki tangga. "Mau kemana sih cepet-cepet banget?"
Setibanya di kamar, Fey langsung menutup pintu rapat-rapat. Sedangkan Lana dengan wajah malasnya duduk di kasur Fey dan menarik bantal. Wajahnya langsung murung total ketika kembali mengingat Gerald.
Dengan semangatnya Fey membawa persediaan satu toples camilan kacang mete dan ikut duduk bersama Lana. "Mana HP Lo?"
"Buat?"
"Udah buru HP lo mana?" tanya Fey tak sabaran.
Lana menghela napas dan mengambil ponselnya dari saku rok.
"Sekarang telepon Gerald," suruh Fey.
"Hah?"
Fey berdecak kesal. "Lo kenapa jadi lemot gini sih? Gue bilang telepon Gerald!" Melihat Lana yang hanya bengong menatap ponselnya membuat Fey langsung menyambar benda pipih itu dari tangan Lana.