Meski memiliki badan yang tergolong mungil seperti anak SD, tapi percayalah, Fey tidak akan gentar oleh ombak maupun badai.
Namun siapa sangka, jika sudah berhadapan dengan Rama, cowok yang katanya naksir padanya, ia akan langsung lari terbirit-biri...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tubuhnya telentang di atas kasur, sedangkan matanya menatap kosong pada langit-langit kamar, seperti tidak ada tanda kehidupan.
Matanya memerah karena lelah, namun dari semalam matanya tak mau terpejam.
Jam weker di atas nakas yang berbunyi nyaring membuat Fey berang. "BERISIKKK!" Ia melempar jam itu dengan bantal hingga terjatuh ... dan mati.
Suara pintu yang dibuka tak dihiraukannya.
Sosok Fea memasuki kamar Fey. Nyelonong begitu saja menuju lemari pakaian. "Gue pinjem baju lo yang ini, ya," kata Fea mengambil salah satu baju dan rok selutut milik Fey.
Melirik sekilas. Sebenarnya Fey tidak mau meminjamkannya, tapi ia sedang malas berdebat.
"Minta make up juga, ya."
Jika Fey tidak dalam keadaan seperti sekarang, mungkin sudah meloncat dan merampas semua alat make up-nya. Enak saja minta, padahal Fea juga dibelikan bermacam jenis make up oleh Mama. Dan hanya untuk kali ini, lagi-lagi Fey membiarkannya.
Setelah mengoleskan lipstik, Fea tersenyum puas melihat riasan naturalnya. Ia selalu suka dengan barang-barang punya kakaknya itu. Selalu terlihat cocok jika dipakai olehnya.
Fea menatap dirinya di cermin, berpose layaknya model.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.