Hati yang Patah

143 13 0
                                    

Hai👋 ketemu lagi dengan Pee di sini🙆

Sebelum membaca jangan lupa tekan 🌟

HAPPY READING GUYSS📖

Hujan lebat tak henti mengguyur kota sejak beberapa jam lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan lebat tak henti mengguyur kota sejak beberapa jam lalu. Terkadang kilatan cahaya dibalik awan hitam membuat Fey memundurkan tubuhnya secara refleks, tapi detik berikutnya ia akan kembali menyangga dagunya dengan sebelah tangan. Hanya duduk dan merenung tanpa memikirkan apapun sembari menikmati kabut tipis yang diciptakan derasnya hujan.

Rasanya menenangkan. Hingga sosok bertubuh tinggi yang dulu setiap pagi menjemputnya tertangkap oleh retina matanya. Meski sedikit terlihat kabur di pandangan, tapi Fey dapat dengan jelas mengenali postur tubuh pria yang kini menghentikan motor di halaman rumahnya, lalu kepalanya mendongak, dan melambaikan tangan dengan senyum tipis di bibirnya.

Fey membeku di tempatnya. Jantungnya yang semula berdetak normal sempat terhenti sejenak, sampai ketika ia mengerjapkan mata untuk memperjelas penglihatannya, sosok itu sudah lenyap entah ke mana. Hilang tanpa sisa. Fey seketika bangkit dari kursi dan mendekatkan dirinya ke arah jendela, netranya menelusuri ke setiap sisi halaman rumah, tapi sosok itu benar-benar tidak ada. Lalu, pada detik berikutnya ia menyadari sesuatu. Bahwa kenyataannya di antara mereka sudah tidak memiliki hubungan apa-apa. Jadi tidak mungkin sosok itu datang ke rumahnya. Mereka sudah resmi putus satu minggu lalu-tidak, lebih tepatnya 5 hari yang lalu.

Fey mendengus diiringi senyum miris.

Rama.

Rupanya satu nama itu masih mempengaruhi Fey sampai sebegininya.

Ternyata benar kata orang, bahwa setiap tetes hujan yang turun dari langit akan selalu membawa serpihan kenangan yang sudah terlewat, menjadikan setiap manusia yang ada di bawahnya larut bersamanya. Kembali menelusuri kepingan memori yang sempat terlupakan. Baik dan buruknya. Semuanya bercampur menjadi satu. Dan yang tersisa hanyalah rasa rindu. Bukan pada orangnya, tapi pada kenangan yang telah dilewati bersamanya.

Fey perlahan menegakan tubuhnya. Memandang kosong lampu-lampu rumah di seberang sana yang mulai menyala satu persatu, pertanda bahwa malam akan segera menyapa. Dan senyum itu kembali menghias wajah Fey. Dirinya terlalu percaya diri jika melupakan Rama adalah hal yang mudah dan remeh. Kenyataannya sekarang pikirannya sedang tertuju pada pria itu.

Mungkin awalnya hanya ada rasa kecewa yang menggunung di hati Fey atas semua fakta tentang Rama yang pernah dibeberkan Audy padanya, tapi perlahan kekecewaan itu kian memudar setelah melihat perubahan sikap Rama yang terang-terangan menjauhinya, bahkan lebih parahnya seolah tidak pernah mengenalnya. Membuatnya mau tak mau sesekali memikirkan pria itu, tanpa sadar.

Fey tidak tahu apakah ini karena mitos tentang hujan yang bisa membangkitkan kenangan seperti yang dikatakan orang-orang atau karena hal lainnya. Tapi satu yang pasti, Fey sudah tidak mampu lagi untuk membohongi dirinya sendiri. Membohongi perasaannya.

Not your, Babe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang