Rahasia

216 15 0
                                        

Hai! Hai! Hai! Yeayy update cepat nih guysss😙
Nggak usah basa-basi, yuk langsung cuss aja baca ceritanya 👇👇👇

HAPPY READING GUYSS 📖

HAPPY READING GUYSS 📖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NOT YOUR BABE!

Nilla sudah terlebih dahulu meninggalkan mobilnya di belakang sana agar tidak ketahuan, memilih untuk berjalan kaki mengikuti arah yang dituju Audy, hingga akhirnya mobil Audy berhenti di sebuah rumah tua di pinggiran hutan, tepatnya berada diantara bangunan-bangunan lain yang terbengkalai.

Ketika Nilla hendak berjalan mendekat untuk mengikuti Audy yang sudah terlebih dahulu masuk ke rumah tua itu, seketika napas Nilla tercekat dan segera kembali ke tempat persembunyiannya, tepatnya di belakang bangunan yang dindingnya sudah diselimuti lumut dan tanaman kecil.

Nilla mendesis dalam hati, hampir saja ia ketahuan. Bisa gawat urusannya. Bukannya menyelamatkan Fey, bisa-bisa ia malah ikut disandera.

Nilla mengembuskan napasnya perlahan, menormalkan detak jantungnya yang tadi seakan mau meloncat keluar. Setelahnya, ia pun lebih merapatkan tubuhnya ke dinding, dan bergerak untuk kembali mengintip situasi.

Di sana, di depan pintu yang tadi dimasuki Audy, kini sudah ada dua orang berbadan kekar berjaga pada kedua sisi pintu.

Melihat dua tampang sangar itu membuat Nilla meringis pelan. Kalau begini caranya ia tidak bisa masuk ke dalam rumah tua itu. Ia sudah yakin betul kalau Fey ada di dalam sana.

Nilla menggigiti kuku jempolnya. Berusaha berpikir keras mencari jalan lain agar dirinya bisa mengetahui kondisi di dalam.

Jelas Nilla tidak bisa gegabah. Tidak ada yang bisa memastikan ada berapa orang yang berjaga di dalam sana. Sampai akhirnya, daripada berdiam diri seperti ini, Nilla memilih pergi dari tempat persembunyiannya. Memutar arah dan berjalan dengan hati-hati menuju bagian belakang rumah tua itu. Mencoba mencari petunjuk.

***

"Kerja bagus," puji Audy ketika dia memasuki ruangan dengan seorang gadis yang ia kenal sudah ada di sana.

Audy menoleh pada orang itu, lalu tersenyum puas. "Senang bekerja sama dengan lo... Dafa."

Melihat wajah datar Dafa membuat Audy kembali membuka suara. "Ternyata nerima tawaran kerja sama dari lo nggak ada ruginya juga. Awalnya gue sempet heran pas tau itu nomor lo, tapi waktu lo tanpa basa-basi nawarin kerjasama, gue jadi bertanya-tanya, sebenarnya apa tujuan utama lo?"

Dafa mengedikan bahunya tak acuh. "Anggap aja ini bentuk rasa simpati gue karena lo selalu nggak pernah bisa dapetin seseorang yang lo mau."

Mendapat kalimat dengan nada sinis itu membuat Audy mendengus. Sebenarnya mereka dulu memang tidak pernah akur, terlebih lagi jika sudah menyangkut Olivia.

Not your, Babe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang