Penjelasan

107 5 4
                                        

Halo, guysss👋I’m come back🦹 Dikarenakan NYB sudah memasuki fase terakhir jadi aku berharap cerita ini akan selesai sebelum akhir Desember mendatang. So...

HAPPY READING📖

Suara tangis di ruangan seketika pecah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tangis di ruangan seketika pecah. Kesalahpahaman yang sudah terjadi selama hampir tiga tahun belakangan itu pada akhirnya menemukan titik terangnya. Audy, Nilla dan Millo menangis tersedu, namun dengan hati yang kini penuh kelegaan.

Keputusan Nilla dan Millo yang dengan tulus ingin menjenguk Audy meski disertai perasaan penuh kekhawatiran rupanya berakhir tidak sia-sia. Meski kedatangan keduanya justru disambut tangisan pedih dari Audy. Bahkan Melvin yang turut hadir karena memberi tumpangan pada dua cewek itu pun ikut bingung dan bertanya-tanya.

Hingga pada akhirnya, di saat Nilla dan Audy berniat untuk kembali pergi karena merasa kedatangan mereka tidak diinginkan, Audy tiba-tiba saja mengucapkan satu kata yang tidak disangka-sangka keduanya, yaitu kata ‘maaf’. Satu hal itu berhasil membawa Nilla dan Millo  menghampiri Audy dengan air mata haru yang mulai menggenang di pelupuk mata. Dan dari sanalah semua kepingan puzzle yang sempat hilang di antara mereka kembali tersusun, membentuk sebuah bingkai yang sempurna. Semuanya mengalir begitu saja, kesalahpahaman mereka pun diakhiri tangisan bahagia dan pelukan penuh rindu.

Audy sudah menyadari, bahwa ia tidak sendirian lagi. Audy punya mereka. Teman-teman yang masih peduli padanya, bahkan setelah ia mengacaukan persahabatan yang sempat menjadi rumah ternyamannya. Kini, ia sudah kembali pulang, pada tempat yang seharusnya, tempat di mana dirinya merasa diterima tanpa harus menggunakan topeng kesempurnaannya.

“Kenapa cuma gara-gara satu cowok kita jadi kayak gini sih?” tanya Nilla sedikit menggerutu, tepat sesaat setelah mereka melepas pelukan sebagai tanda kembali terjalinnya persahabatan mereka.

“Tau tuh si Rama. Bisa-bisanya bikin kedua sahabat gue patah hati,” respon Millo yang berhasil mengundang tawa Audy dan juga Nilla.

Tawa Audy berubah menjadi senyum lembut, ia menatap Nilla dengan sisa-sisa air matanya. “Makasih,” ucapnya tulus.

“Hm?” Nilla mengangkat kedua alisnya bingung.

“Makasih udah nyelamatin gue,” ujar Audy. “Kalo nggak ada lo—”

No, no, no.” Nilla menggeleng, memotong ucapan Audy. “Asal lo tau, yang paling berjasa nyelamatin lo itu Gerald tau.”

Audy menunduk, memandang jemari tangan Millo yang mengusap lembut sebelah tangannya. Audy tahu, sebab ia sudah mendengar semuanya dari Bik Iyem.

“Dia bahkan rela bolos sekolah berhari-hari karena mau jagain lo di sini,” tambah Millo.

Audy juga tahu hal itu.

Kini pandangan Audy tertuju ke arah pintu ruangan yang tertutup rapat, dimana di luar sana ada sosok Gerald dan juga Melvin yang sebelumnya sudah mereka usir agar memberi ketiganya space dan meminta menunggu di luar saja. 

Not your, Babe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang