Meski memiliki badan yang tergolong mungil seperti anak SD, tapi percayalah, Fey tidak akan gentar oleh ombak maupun badai.
Namun siapa sangka, jika sudah berhadapan dengan Rama, cowok yang katanya naksir padanya, ia akan langsung lari terbirit-biri...
Holahooo genggss👋 Di manapun para pembaca yang budiman semoga sehat selalu dan dilimpahkan rezekinya😙
Kembali lagi dengan cerita NYB yang hadir agar cepat selesai wkwk *udah kelamaan nangkring soalnya
Langsung saja cuss ke ceritanya yukk!
HAPPY READING GUYSS📖
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•NOT YOUR BABE!•
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, tapi Devan langsung saja dikejutkan dengan kehadiran Fey di depan bangkunya lengkap dengan ransel yang sudah nangkring cantik di punggung gadis itu. Fey masih cengengesan setelah tanpa basa-basi meminta untuk ikut nebeng pulang dengannya. Sebenarnya Devan tidak masalah sih, tapi….
Devan mendorong kening Fey menjauh dengan telunjuknya. "Muka lo nggak usah deket-deket juga Fey."
"Ya siapa tau lo nggak liat gue."
"Mata gue minus, bukan buta, Fey," balas Devan malas.
"Lagian gue panggil-panggil lo nggak noleh," sungut Fey dengan raut setengah kesal. "Sebenarnya Lana ngajakin pulang bareng sih, tapi lo pasti juga tau kalo dia balik sama Gerald, males banget nanti kalo gue jadi kambing congek. Jadi gimana, boleh nggak nih?" Fey menaik turunkan alisnya dengan senyum lebar.
Begini nih, Fey akan bersikap manis kalau ada maunya doang.
"Dev, gue nebeng lo lagi ya, motor gue masih di bengkel soalnya." Suara Eko tiba-tiba menginterupsi, membuat senyum Fey langsung pudar seketika. Fey menegakkan tubuhnya dan mendelik ke arah Eko, yang dibalas cowok itu dengan tatapan bertanya. "Apa?" tanyanya heran karena dipelototi Fey padahal ia merasa tidak punya salah apa-apa. "Gue ngomong sama Devan, bukan sama lo."
"Nggak bisa, Devan balik sama gue!" seru Fey.
"Lah, ngapain lo balik sama Devan?"
"Ya suka-suka gue lah!" Jujur saja, sebenarnya Fey sedari tadi sudah menahan kesal atas kelakuan Eko yang mengusiknya di tengah jam pelajaran. Cowok itu tiba-tiba bertukar tempat dengan Meta yang duduk di depan bangku Fey. Katanya dia ngantuk, tapi malah dengan rusuh menggerak-gerakkan kursinya dan membuat meja Fey bergeser lalu berakhir membuat coretan panjang di buku catatannya. Awalnya Fey ingin membalas, tapi berhubung mood-nya hari ini tidak cukup baik meski hanya sekadar menarik urat leher untuk berteriak jengah. Pada akhirnya Fey hanya mendengus kasar ketika Eko berulah untuk mengganggu ketenangannya. Anggap saja batas kesabaran Fey sedang berada di angka 99% hari ini.
"Emang pacar lo ke mana?"
Fey jadinya sensi sendiri ditanya sama Eko. "Ngapain lo nanya-nanya? Kepo banget kayak Dora!"
"Biasanya, kan lo pulang bareng dia," jawab Eko. "Nah, berhubung lo udah punya supir pribadi, jadi biarin gue sama Devan. Lo jangan maruk kenapa jadi cewek Fey. Semua lo embat."